Rabu 04 Feb 2015 10:53 WIB

Mayoritas Hidran di Kota Bandung tak Berfungsi

Rep: C63/ Red: Yudha Manggala P Putra
Hidran (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Hidran (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Banyak hidran di Kota Bandung diketahui tidak berfungsi dengan baik. Dari sekitar 262 hidran di Kota Bandung, hanya empat hidran yang biasa aktif digunakan Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (Diskar) Kota Bandung.

Kondisi ini diakui menghambat petugas saat proses pemadaman di lapangan. Hal ini yang kemudian memunculkan wacana pembuatan tandon air atau ground tank air di setiap kecamatan.

"Maunya kita masing-masing kecamatan ada tandon air, nggak harus hydrant, biar kalau kebakaran bisa gerak cepet, karena kita dikejar waktu," ujar Kabid Diskar Kota Bandung Yoseph Heryansyah di Bandung, Rabu (4/2).

Hal ini diungkapkan Yoseph karena selama ini petugas Diskar terkendala pada saat terjadi musibah kebakaran yang lokasinya cukup jauh dari titik-titik sumber air tersebut. Oleh karenanya, jika di masing-masing kecamatan nantinya tersedia sumber air yang cukup, akan memudahkan kinerja petugas Diskar jika sewaktu-waktu terjadi musibah kebakaran.

"Kalau lokasinya jauh, bolak balik itu kurang efektif, jadi untuk mempercepat waktu saja," ujar Yoseph.

Ia mengungkapkan sumber air yang dibutuhkan di tiap kecamatan tersebut bentuknya tidak harus berbentuk hidran atau tangki bawah tanah. Yang terpenting menurut Yoseph, volume air dirasa cukup untuk menunjang petugas pada proses pemadaman.

"Kayak kolam aja, nggak harus hidran, minimal kalau (api) masih kecil kan bisa, ukurannya 8000 literan, sama kayak dua tangki mobil kita," ujarnya.

Selain itu, menurutnya adanya sumber air ini juga dapat berfungsi untuk persediaan air di musim kemarau. Pihaknya juga akan berkordinasi dengan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung untuk mewujudkan sumber air di tiap-tiap kecamatan tersebut.

"Bisa di pemukiman padat penduduk, tapi minimal juga bisa diakses mobil, tapi masyarakat juga bisa membuat pencegahan untuk di gang-gang," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement