REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Namun sayang, upaya Ustadz H Sufyan Tsauri MA menghalau pendangkalan akidah masih terbentur minimnya dana. Dia belum mampu membangun asrama bagi para santrinya. Karena itu, pendidikan yang dilakukan di pesantren tersebut hanya bisa dimaksimalkan saat pendidikan MI mulai pukul 07.00 – 13.00 WIB, dan dilanjutkan dengan DTA pukul 14.00 - 17.00 WIB.
Setelah itu, para santri pulang ke rumahnya masing-masing dan baru datang kembali ke masjid untuk shalat Magrib dan Isya berjamaah. Setelah shalat Isya, para santri pun harus segera pulang kembali ke rumah masing-masing. Pasalnya, pihak pesantren khawatir dengan keselamatan anak-anak itu saat pulang ke rumah masing-masing, terutama santri yang rumahnya cukup jauh.
‘’Sebenarnya kami ingin melaksanakan kegiatan sampai malam (seperti umumnya di pesantren lain). Tapi karena tidak ada asrama, terpaksa tidak bisa dilakukan,’’ tutur Sufyan.
Sufyan menyatakan, sebenarnya telah memiliki lahan untuk membangun asrama. Namun, ketiadaan anggaran membuat asrama yang sangat dibutuhkan santri belum bisa terwujud. Dia pun berharap adanya kepedulian pemerintah daerah maupun para donatur untuk turut membantu.
Sufyan mengakui, menanamkan akidah kepada para santri belum cukup untuk menghalau aktivitas kristenisasi. Dibutuhkan pula pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, terutama yang tidak mampu. Karena itu, dia beberapa kali meminta bantuan dari pemerintah daerah agar memberikan bantuan keterampilan kerja bagi masyarakat sekitar. Namun sayang, permintaannya itu hingga kini belum ditanggapi.
Salah seorang warga, Abdullah, mengaku bersyukur dengan adanya kegiatan pendidikan yang diselenggarakan Yayasan Pesantren Babur Royyan. Dia berharap, anak-anak di lingkungan tersebut bisa memiliki akidah yang kuat.