REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Badan Koordinasi Majelis Ta’lim (BKMT), Tutty Alawiyah, menyatakan
keprihatinannya akan maraknya akses situs pornografi di Indonesia. Ia mengimbau, seluruh pihak bersinergi mencegah penyebaran konten pornografi, khususnya yang menyasar anak-anak.
“Saya prihatin dengan masalah moral Indonesia. Karena memang media online, medsos, itu juga menjadi sesuatu yang mengerikan. Anak-anak kita, mahasiswa atau remaja, itu bisa terbawa oleh komunitas yang sangat liberal kini,” kata Tutty Alawiyah di Yogyakarta, Senin (9/2).
Tutty juga menegaskan, Indonesia kini tengah berada dalam situasi pasar bebas. Sehingga, apa pun bisa dengan mudah masuk ke dalam wilayah Indonesia, beserta dengan ekses negatif yang dibawanya.
Untuk melindungi generasi penerus Indonesia, kata Tutty, pihak-pihak terkait dan khususnya pemerintah mesti sigap mengantisipasi isu negatif. Sehingga, Indonesia tidak bercitra buruk di mata internasional.
“Harapan kita sebagai pendidik, supaya terselamatkan generasi penerus. Karena kalau kita lihat persaingan kini, kita tidak bisa menjadi negara tertutup. Apalagi, Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah tiba masanya,” ujar Tutty.
Sebelumnya, Kementerian Sosial menyatakan, belanja pornografi selama tahun 2014 mencapai Rp 50 triliun. Di dalamnya, termasuk belanja untuk DVD pornografi dan pengunduhan konten pornografi berbayar melalui
internet.