Senin 16 Feb 2015 06:02 WIB

Media Asing Dinilai Abaikan Pembunuhan Muslim Kanada

Rep: C13/ Red: Bayu Hermawan
 Foto tiga mahasiswa muslim yang menjadi korban penembakan diletakan dalam sebuah ruangan di Universitas North Carolina, Chapel Hill, Rabu (11/2) waktu setempat. (REUTERS/Chris Keane)
Foto tiga mahasiswa muslim yang menjadi korban penembakan diletakan dalam sebuah ruangan di Universitas North Carolina, Chapel Hill, Rabu (11/2) waktu setempat. (REUTERS/Chris Keane)

REPUBLIKA.CO.ID, ALBERTA -- Dunia Barat kembali mengalami perstiwa kejahatan akibat Islamofobia. Kali ini seorang pria Muslim Kanada ditembak mati di rumahnya di Alberta.

Laki-laki itu mengalami nasib yang sama dengan korban Chapel Hill yang kematiannya telah mengguncang dunia Muslim belakangan ini. Namun guncangan bagi umat Islam ini malah tidak mendapatkan respon apapun dari media asing.

"Saudaraku, ia ditembak melalui pintu sebelum ia menyentuh gagang pintu. Bahkan, sebelum dia membuka pintu," ungkap kakak korban, Ahmed Matan, di apartemen Fort McMurray seperti yang dikutip laman islamonline, Senin (16/2).

Menurutnya, adiknya tentu tidak mengetahu identitas di pembunuh. Sebab, sang adik belum sempat melihat wajah yang telah mengambil nyawa adiknya itu.

Korban dalam penembakan ini bernama Mustafa Matan (28). Awalnya, dia menerima ketukan pintu di rumahnya dan ia pun menjawabnya. Ketika dia hendak mendekati pintu, tiba-tiba tamu anonim itu menembaknya pada Senin (12/2) lalu.

Penembakan korban Muslim, yang baru pindah dari Ottawa ke Fort McMurray kurang dari sebulan lalu ini juga telah diabaikan oleh media asing. Kondisi ini jelas memicu kemarahan di kalangan komunitas Muslim di Kanada.

"Kematian #MustafaMattan diabaikan oleh Media dan media sosial," tulis Abu TypoWahidAtTalib di Twitter.

 

Muslim lainnya menulis: "Jadi #MustafaMattan ditembak pada hari Senin sehari sebelum #ChapelHillShooting dan hampir tidak ada liputan media yang serius membahas pada penembakan ini!! Kenapa?"

Mustafa, korban pembunuhan di Kanada itu merupakan lulusan ilmu kesehatan. Menurut keluarga, setelah lulus, dia bergabung dengan pekerjaan barunya di Fort McMurray untuk menyimpan uang demi modal pernikahannya.

Menurut Ahmed Matan, Mustafa merupakan orang yang terbaik yang pernah dia temui. Dia juga memilki sikap yang tenang, alim dan sangat rendah hati. Ahmed menegaskan, kematiannya jelas terlalu cepat bagi keluarga dan teman-temannya.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh teman-teman Mustafa yang meratapi kematiannya. Abdi Omar menegaskan, Mustafa bukanlah anak yang jahat dan berbahaya. Selain itu, salah satu teman masa kecilnya telah mengumpulkan lebih dari 4.900 USD. Dia melakukan ini untuk membantu keluarga korban demi menutupi biaya pemakaman.

Motif penembakan Matan sendiri sampai saat ini masih samar-samar. Polisi Royal Canadian Mounted menyebut kematiannya sebagai  pembunuhan. Sebelumnya, serangan teror ganda di Ottawa dan Saint-Jean-sur-Richelieu telah terjadi beberapa bulan yang lalu.

Sehari setelah kematian Matan itu, Deah Shaddy Barakat (23), istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan adiknya Razan Mohammad Abu-Salha (19) ditemukan tewas. Mereka ditemukan di sebuah kompleks kondominium di luar kampus Chapel Hill.

Pelaku pembunuhan itu merupakan pria bersenjata yang diidentifikasi sebagai Craig Stephen Hicks (46). Dia dilaporkan telah menyerahkan diri ke polisi.

Penyerangan di Paris menjadi latar belakang yang menyebabkan serangan anti-Muslim di Kanada meningkat. Bahkan, beberapa masjid telah diserang dan dirusak. Muslim di Kanada berjumlah sekitar 2,8 persen dari 32.800.000 penduduk Kanada. Sedangkan, Islam  sendiri menjadi agama non-Kristen nomor satu di negara ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement