REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Distribusi beras di wilayah Jabodetabek telah dilakukan melalui sistem penerjunan satgas agar bisa langsung sampai ke konsumen. Pengerahan satgas dalam penyaluran beras tersebut diharapkan dapat menurunkan harga beras di pasaran.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Jimmy Bella mengatakan, indikator keberhasilan satgas dalam distribusi beras dilihat dari adanya penurunan atau kestabilan harga di konsumen. Apabila, harga beras sudah bisa dikendalikan maka sistem penyaluran beras melalui satgas dapat dianggap baik.
"Sistem distribusi lewat satgas ini baru saja berjalan, kita baru bisa melakukan evaluasi setelah sepekan," ujar Jimmy di Jakarta, Selasa (17/2).
Jimmy menjelaskan, salah satu penyebab yang membuat harga beras tidak stabil adalah adanya indikasi kurangnya pasokan dari produsen ke Pasar Induk Cipinang. Keterlambatan pasokan ini disebabkan oleh cuaca dan adanya hambatan di jalur distribusi seperti banjir dan jalan rusak.
Menurut Jimmy, sistem distribusi beras melalui satgas hanya fokus dilakukan di Jabodetabek. Karena, wilayah ini 90 persen pasokan berasnya tergantung dari daerah lain. Sedangkan di wilayah lain di luar Jabodetabek, harga beras masih cenderung stabil dan tidak ada masalah.
"Daerah lain merupakan produsen, jadi distribusinya tidak bermasalah dan harganya masih relatif stabil," kata Jimmy.