REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang petani di King St, Newton, Australia bernama Nigel Rynee mengatakan ia merasa terdorong untuk memohon belas kasihan atas rencana eksekusi mati dua terpidana Bali Nine, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.
Petani itu duduk selama 10 malam terakhir sembari memegang sebuah kertas guntingan karton dengan tulisan yang memelas pengampunan untuk mereka dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Pria yang juga seorang sopir truk ini mengatakan dia awalnya membaca beberapa berita online. Dia kemudian menemukan gambar seseorang terikat dengan tangan di belakang punggung mereka. Ketika membuat dua replika patung orang yang akan dihukum mati, Rynne merasa tertekan.
"Saya melawan hukuman mati. Saya tidak suka hukuman mati. Saya pikir itu adalah kesalahan besar," ujar Rynee, dilansir dari Daily Telegraph, Rabu (25/2).
Rynee mengatakan dia sudah bertemu dengan begitu banyak orang baik di Newton yang memberikan dukungan mereka untuk kedua anak laki-laki yang saat ini mendekam di Kerobokan, Denpasar. Rynee pun bernazar jika keduanya bebas maka dia akan lebih sering berlibur ke Indonesia.
"Saya masih belum berlibur tahun ini. Jika mereka bertahan hidup, aku akan datang ke Bali dan mengunjungi mereka. Saya senang jika Andrew (yang saat ini belajar menjadi pendeta) berdoa untuk keluarga saya dan Myuran bisa melukis wajahku. Saya akan menyumbangkan lebih banyak uang untuk amal dan program-program di penjara. Saya sangat menghargainya dan itu lebih baik," kata Rynee.
Chan dan Sukumaran dijatuhi hukuman mati pada 2006 setelah ditangkap dengan tujuh warga Australia lainnya pada 2005. Mereka dijuluki Bali Nine sebab berusaha menyelundupkan 8,3 kilogram heroin ke Australia.