REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendarto menilai kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum telah luntur. Itu ditandai dengan prilaku masyarakat yang menggunakan hukum jalanan dengan cara membakar hidup-hidup pelaku begal motor.
Menurut Yogo, masyarakat saat ini sedang dalam kondisi Anomie. Kondisi ini merupakan kondisi dimana masyarakat tak lagi percaya dengan sistem dan aparat penegak hukum.
"Lamanya pengungkapan kasus begal ini juga salah satu faktor, akhirnya masyarakat menghakimi pelaku. Hukuman ini, dirasa masyarakat sebagai efek jera bagi para pelaku begal lainnya," ujar Yogo saat dihubungi Republika, Rabu (25/2).
Yogo menambahkan, masyarakat yang dalam kondisi Anomie itu juga didukung dengan perasaan marah dan prilaku kolektif. Mereka juga merasa sebagai korban begal, sehingga berani melakukan pembakaran. "Kalau sendiri tentu tidak akan berani main hakim sendiri, ini ada kondisi kesamaan rasa dari para korban begal," tambahnya.
Tindakan masyarakat yang membakar hidup-hidup pelaku begal ini terjadi di Tanggerang. Masyarakat membakar salah satu pelaku yang terjatuh saat melarikan diri pada Selasa (24/2). Lokasi pembakaran berada di Jalan Raya Ceger Pondok Karya, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.