REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan Jokowi-JK menaruh harapan besar terhadap Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) terkait pengembangan wilayah perbatasan. Menteri Desa PDTT Marwan Jafar mengatakan, pihaknya akan berusaha keras untuk membangun daerah perbatasan, khususnya di Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. Hal itu untuk mewujudkan Nawacita yang diusung Jokowi-JK.
"Kami ingin membangun 3.500 desa perbatasan. Disparitas dengan negara tetangga, khususnya Malaysia belum imbang. Karena itu, salah satu prioritas membangun desa di perbatasan," kata Marwan dalam diskusi di Jakarta, Rabu (25/2).
Menurut dia, kawasan perbatasan selama ini belum mendapat perhatian lebih. Pemerintah pusat hanya memandang daerah perbatasan sebagai kawasan terluat. Karena itu, ia tidak kaget ketika mendengar kabar adanya warga negara Indonesia di perbatasan yang ingin pindah ke Malaysia. Dia bisa memahami keinginan mereka, lantaran pernah berkunjung ke sana, dan sarana infrastrukturnya jauh dari harapan.
"Ada berita desa mau lompat ke Malaysia, karena di sana tak ada beras. Kebutuhan mereka itu dari Malaysia. Tak ada bahan pokok. Termasuk telekomunikasi," kata Marwan.
Karena itu, pihaknya akan menggandeng lintas kementerian untuk memajukan kawasan perbatasan, khususnya pembentukan desa baru melalui program transmigrasi. Tentu saja yang tak boleh dilupakan juga sarana telekomunikasi yang harus diperhatikan.
"Kita akan bangun tower. Semua kerjasama dengan Kemenkominfo untuk membangun di perbatasan. Ada 16 kementerian yang tangani desa," kata politikus PKB tersebut.
Marwan pun mengungkap agenda khusus yang akan dilakukannya. Meski terkesan ambisius, ia akan berjuang keras untuk mewujudkannya. Dengan membentuk desa terintegrasi yang memiliki akses bagus, diharapkan keadaan itu akan menjadi faktor penarik warga Indonesia yang sekarang memilih bekerja di negeri jiran.
"Kami akan menjalankan program besar di perbatasan, seluruh Kalimantan diberdayakan dengan program transmigrasi terpadu. Kalau berhasil, seluruh desa akan include. Itu bisa menarik 100 sampai 200 ribu masyarakat Indonesia yang sekarang bekerja sawit di Malaysia," ujar Marwan. "Untuk apa mereka kerja di Malaysia kalau gajinya sama."