REPUBLIKA.CO.ID, TANGGERANG -- Sebanyak 34,9 persen penerima bantuan iuran (PBI) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kota Tanggerang Selatan, Banten masih belum menerima kartu kesehatan.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang diselenggarakan lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa dan Relawan Advokasi Subsidi (ReADI). Dari penelitian tersebut, kaum dhuafa yang sudah memiliki kartu BPJS masih berjumlah 5,7 persen.
Koordinator Penelitian dari ReADI dan Lembaga Penelitian Indonesia Fanar Syukri mengatakan, fakta masih banyaknya kalangan miskin yang belum memperoleh kartu BPJS adalah karena masih kurangnya sosialisasi mengenai BPJS.
"Harapan mereka adalah adanya sosialisasi yang lebih tentang BPJS Kesehatan. Lebih dipermudah lagi prosesnya, terutama untuk rujukan dari Puskesmas, dan berharap agar di setiap kelurahan ada puskesmasnya," kata Fanar, Kamis (26/2).
Dari penelitian tersebut, menurut Fanar dapat diketahui responden yang merupakan kaum dhuafa merasa sangat terbantu dengan program BPJS Kesehatan. Akan tetapi kondisi di lapangan, masyrakat masih kesulitan dalam mengakses dan juga saat menggunakannnya.
Dalam kesempatan yang sama Divisi Advokasi Dompet Dhuafa Sabeth Abilawa mengatakan, dari hasil penelitian ini, ia mengharapkan agar sosialisasi tentang BPJS semakin efentif dan tepat sasaran.
Sabeth menyebut BPJS harus gencar melakukan sosialisasi dengan mengajak pihak RT, Kader Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai BPJS.
"Kami berharap agar adanya penjajakan kerja sama lanjutan dari kegiatan penelitian ini. Agar dapat berkesinambungan program advokasi kepada masyarakat yang memerlukannya," ujar Sabeth.
Penelitian ini dilakukan ReADI dan Domper Dhuafa terhadap seluruh penerima PBI BPJS Kesehatan Kota Tangsel. Ada 103.328 responden yang diambil dengan cara multistage random sampling di tujuh kecamatan di Tangsel. Dari target 1.050 data, terkumpul 828 responden.
Juga dipaparkan dari sebanyak 32,2 persen masyarakat yang telah memanfaatkan kartu BPJS nya, yang puas dengan pelayanan institusi kesehatan adalah 43,6 persen. Yang meraasa cukup puas 41,4 persen dan yang kurang puas 15 persen. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari 1 Oktober sampai Desember 2014.