REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Harga beras di Provinsi Banten mengalami kenaikan hingga 30 persen. Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Banten Mashuri hal tersebut terjadi karena distribusi yang terhambat di tengkulak.
"Karena beras di Banten ini asalnya dari Kabupaten Pandeglang, tapi tidak bisa langsung dijual di sini. Beras dari Banten ini sampai ke tangan tengkulak dengan tawaran harga yang lebih tinggi," katanya di Serang, Kamis (26/2)
Harga beras di Pasar Induk Rau (PIR), Kota Serang, beras berkualitas rendah dijual Rp 7.000 hingga Rp 8.000 perliter. Sementara untuk beras berkualitas sedang dihargai Rp 8.000 hingga Rp 9.000. Padahal sebelumnya, beras kualitas rendah dijual dengan Rp 6.000 dan kualitas sedang Rp 7.000 perliter.
Menurut Mashuri, beras asal Kabupaten Pandeglang dikirim dulu ke wilayah Jawa untuk dikemas kemudian dijual kembali ke wilayah Banten. "Makanya jangan aneh kalau beli beras asal Banten tapi dari merek dagang asal Jawa Timur dan daerah lainnya. Karena para tengkulak ini. Sampai di Banten harganya sudah tinggi," ujarnya.
Menurut Mashuri, yang bertugas untuk menstabilkan harga beras di Banten adalah Bulog. Mashuri menyalahkan Bulog yang tak melakukan distribusi beras sehingga harganya dimainkan oleh para tengkulak.
Sedangkan menurut Kepala Sub Divisi Regional (Kasubdivre) Bulog Serang, mengatakan persoalan kelangkaaan terjadi karena banyak faktor, seperti belum memasuki musim panen dan penditribusian beras raskin yang terhambat.
Stok beras raskin sendiri sebanyak 2.355 ton, namun 1.780 ton beras raskin untuk Kabupaten Serang belum disalurkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang.