REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Tiga orang Eropa ditembak mati di klab malam di ibukota Mali dalam serangan saat pemerintah dalam tahap kunci pembicaraan perdamaian dengan pejuang di wilayah bergolak utara.
Setidak-tidaknya, satu orang bersenjata memasuki klab di daerah terkenal dengan perantau asing di Bamako itu tak lama sesudah tengah malam dan menembak, kata polisi.
"Itu serangan teroris, meskipun kami menunggu kejelasan. Untuk sementara, ada empat orang tewas, yakni satu orang Prancis, satu asal Belgia dan dua warga Mali," kata polisi kepada AFP, dengan menambahkan bahwa korban tewas termasuk seorang polisi, yang lewat restoran tersebut, Sabtu (7/3).
Orang Eropa ketiga, yang kewarganegaraannya belum jelas, meninggal saat tiba di rumahsakit Gabriel Toure di Bamako, kata sumber di sana, dengan menambahkan bahwa delapan orang terluka.
Petugas pemadam kebakaran membawa mayat orang Prancis itu dari La Terrasse, restoran dan klab malam di kabupaten ramai Hippodrome di Bamako, kata saksi. Sesudah serangan, jasad polisi dan penjaga rumah pribadi itu dapat dilihat di jalan di luarnya, sementara sedikit lebih jauh, tampak mayat orang Belgia tersebut.
Puluhan polisi mengamankan daerah itu, tapi beberapa saksi serangan itu menolak bersaksi, karena takut pembalasan. Sumber polisi menyatakan dua tersangka ditangkap, tanpa mengungkapkan jatidiri atau kewarganegaraan mereka.
"Presiden Prancis Francois Hollande mengecam keras serangan pengecut itu", kata pernyataan kepresidenan tersebut.
Dikatakannya, Hollande akan menemui Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita menawarkan bantuan ke bekas jajahan Prancis itu, dengan menambahkan bahwa keamanan ditingkatkan di kedutaan Prancis dan sarana lain bekas penjajah tersebut di negeri itu.
"Pikiran saya bersama korban dan keluarga mereka," kata Didier Reynders, menteri luar negeri Belgia, yang memastikan salah satu korban itu adalah warga negaranya.