REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah dinilai tidak memperhatikan nasib para peternak ayam lokal. Saat ini ribuan peternak di Indonesia mengalami krisis dan sebagian diantaranya terpaksa menutup tempat usahanya.
Seperti diketahui ribuan peternak ayam lokal di Indonesia mengalami kebangkuratan. Kegiatan usaha para peternak merugi akibat merosotnya harga daging ayam lokal.
Data Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) menyebutkan, dalam lima bulan terakhir harga ayam lokal di tingkat peternak hanya Rp 26.000 per kilogram. Padahal harga sebelumnya mencapai Rp 35.000 per kilogram. Namun kendati harga anjlok, penjualan pun sangat sepi.
‘’ Himpuli sudah mengirim surat dan menghubungi Menteri Pertanian,’’ ujar Ketua Umum Himpuli Ade M Zulkarnain kepada Republika, Ahad (8/3). Namun hingga kini sama sekali belum ada tanggapan dari kementerian tersebut.
Fakta ini, ungkap Ade, menunjukkan perhatian pemerintah terhadap komoditas ternak unggas lokal masih rendah. Padahal, kontribusi daging unggas terhadap kebutuhan daging nasional mencapai 67 persen.
Sedangkan kontribusi daging sapi tidak kebih dari 17 persen. Khusus untuk kontribusi daging ayam lokal atau ayam kampung mencapai 280.000 ton per tahun atau sebelas persen dari kebutuhan daging nasional.
Menurut Ade, bangkrutnya peternakan ayam lokal dikarenakan masalah turunnya harga daging ayam lokal. ‘’Sementara permintaan daging ayam lokal juga mengalami penurunan hingga 90 persen’’ ujar Ade menjelaskan.
Kondisi ini, kata dia, menyebabkan para peternak ayam merugi dan sebagian diantaranya terpaksa menutup usaha peternakannya.