REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah pengusaha kerupuk di Banjaran, Bandung, Jawa Barat, kewalahan menghadapi dampak kenaikan harga gas elpiji ukuran 3 Kg.
"Sekarang harga gas ukuran 3 Kg Rp24 ribu per tabung. Yang gila ukuran 12 Kg harganya sampai Rp 145 per tabung. Saya mencari kadang menemukan kadang tidak, bilapun ada harganya mahal," kata Dede Affandi (46), pengusaha kerupuk uyel di Desa Neglasari di Bandung, Senin (9/3).
Ia mengatakan, sebelum harga gas elpiji meroket selalu menggunakan gas ukuran 12 kilogram dalam memproduksi kerupuk. Namun, sejak harga naik beralih ke gas bersubsidi.
"Saya tak sanggup beli gas yang ukuran 12 kilogram. Sedangkan menggunakan gas ukuran tiga kilogram harganya juga mahal," katanya.
Menyiasati harga gas elpiji yang mahal, Dede harus mengecilkan ukuran kerupuk buatannya. "Kalau harganya saya naikan sulit. Pembeli hanya tahu harga kerupuk ini Rp 500 per buah, jadi tak mungkin saya naikan jadi Rp 600," kata Dede.
Sementara Ade Oom (59 tahun), pengusaha kerupuk renginang di Desa Tanjung Sari yang mengaku enggan mengecilkan ukuran produk renginang buatannya. Meski harga gas elpiji dan bahan baku mahal ia tetap berproduksi.
"Lebih baik menaikan harga ketimbang mengecilkan ukuran. Renginang pedas ini yang semula Rp 27 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp 28 ribu per kilogram," kata Ade Aom.
Ia berharap pemerintah segera menetapkan standar harga gas elpiji di pasaran. Agar para pelaku usaha kecil, yang memanfaatkan gas elpiji sebagai bahan bakar, tidak kewalahan dan berspekulasi.