REPUBLIKA.CO.ID, GLODOK-– Kebakaran terjadi pada Vihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat pada 2 Maret 2015 lalu. Namun hingga saat ini, pemugaran vihara ini belum jelas pelaksanaannya.
“Memang rencananya vihara tersebut akan kita pugar namun pengurus vihara kabarnya ingin pembangunan vihara dilakukan dengan swadaya masyarakat atau jemaat,” kata Kasi Cagar Budaya, Sejarah dan Permuseuman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Rus Suharto, yang ditemui di kantornya, Senin (9/3).
Rus mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan tinjauan ke lokasi kebakaran vihara dan ditemukan sekitar 80 persen bagian aula utama yang terbakar. Untuk kepastian penyebab kebakaran ia belum bisa memastikan karena masih menunggu kesimpulan dari kepolisian.
Rus juga menjelaskan pihaknya memang akan memberi rekomendasi kepada Gubernur DKI Jakarta untuk memugar vihara yang terbakar. Namun menurutnya, pihak pengurus vihara menginginkan pembangunan vihara dilakukan oleh swadaya masyarakat atau jemaat.
Pengurus vihara, Herman Yu Ie mengaku memang berniat membangun vihara yang terbakar dengan sumbangan atau swadaya masyarakat. “Kita akan membangun dengan swadaya masyarakat dan tidak akan menunggu pemerintah untuk melakukan pembangunan vihara,” tegasnya.
Di lokasi vihara tepatnya di Balai Pengobatan yang letaknya berada di sebelah aula utama memang disediakan satu buah tong berwarna silver yang bertunjuan untuk mengumpulkan sumbangan dari jemaat yang datang. Letak tong tersebut berada tepat di depan Patung Dewi Kwan Im yang berhasil diselamatkan.
Sementara itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merasa memiliki kewajiban untuk membantu pembangunan Vihara Dharma Bakti karena vihara tersebut merupakan cagar budaya. “Kalau pihak pengurus meminta bantuan dana tentu kita akan membantu,” ucapnya.
Rus menambahkan bahwa pihaknya akan fokus untuk mengumpulkan benda-benda vihara yang masih bisa diselamatkan untuk diperiksa apa saja benda yang hilang dari vihara yang terbakar. Tentang pembangunan vihara beliau juga menjelaskan pihaknya setuju dengan Tim Ahli Cagar Budaya yang akan mendatangkan ahli dari Cina jika tidak ditemukan ahli di Indonesia yang dapat membangun secara persis.