REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono menyebutkan bahwa 200 hektare tanah di Yogyakarta selalu berkurang setiap tahunnya. Hal ini merupakan kondisi yang memperihatinkan. Sebab menyebabkan penurunan lahan pertanian.
"Banyak lahan berubah menjadi beton. Maka itu diperlukan penerapan teknologi pertanian yang bagus untuk menjaga stabilitas produksi pangan," tutur Sultan saat ditemui usai acara penebaran benih Udang Galah Padi di Ngelo Harjobinangun, Kamis (12/3). Raja Keraton Mataram itu menyampaikan kesediaannya untuk bekerja sama dengan pusat penelitian dalam pengembangan teknologi tani.
Ia beranggapan bahwa teknologi pertanian mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Termasuk meningkatkan pendapat petani, seperti Udang Galah Padi. Maka itu, Sri Sultan meminta agar Balitbang KKP terus membantu pengembangan sektor perikanan dan pertanian di Yogyakarta.
"Kami bersedia kerja sama. tidak mesti apa-apa APBN. APBD pun bisa. Yang penting tidak jadi temuan BPK dan ada MoU yang jelas," ujarnya. Sultan menyayangkan berkurangnya jumlah petani. Padahal profesi tersebut sangat berpengaruh bagi ketahanan pangan.
Hal tersebut disinyalir terjadi karena mata pencaharian tersebut dianggap kurang berkelas. Banyak orang tua yang mempengaruhi anaknya untuk jadi pekerja berdasi. Pada akhirnya profesi petani hanya diisi oleh masyarakat berpedidikan rendah. Padahal lulusan fakultas pertanian di Indonesia cukup besar.