REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemerintah Mesir berencana membangun ibu kota baru di sebelah timur Kairo. Upaya ini dilakukan guna mengurangi persoalan kemacetan dan polusi seperti tertuang di dalam konferensi investasi di Kota Sharm el-Sheikh. Rencana ini juag disambut baik oleh sejumlah investor dari Quwait, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Menteri Perumahan Mesir Mostafa Madbouly seperti dikutip dari kantor berita BBC Sabtu (14/3) mengatakan, pembangunan ini diperkirakan akan menelan biaya US$45 miliar atau setara dengan Rp 595,7 triliun. Sementara biaya yang akan dikucurkan investor diperkirakan sudah mencapai Rp158,8 triliun.
Pemerintah Mesir memprediksi dalam 40 tahun ke depan, pertumbuhan Mesir akan mencapai 36 juta jiwa, dua kali lipat dari jumlah penduduk saat ini. Akan tetapi, selain faktor di atas, pemerintah Mesir juga ingin mewujudkan pembangunan kota dengan kelas dunia. Bila ibu kota baru tersebut sudah selesai, rencananya kantor pemerintahan dan semua kedutaan akan ikut pindah ke sana.
Selain itu, kota yang membentang pada lahan seluas 700 kilometer persegi ini nantinya juga akan menampung 2.000 sekolah dan kampus, 600 gedung fasilitas kesehatan.