REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Hasyim Muzadi mengemukakan, Islam yang diperjuangkan wali songo, para raja Islam, dan para ulama di Nusantara juga tidak bersifat formalistik, melainkan murni substantif. Misalnya Raden Jafar Shadiq di Kudus membuat Masjid yang pinggirnya hampir sama dengan bentuk Pura.
Bahkan karena umat Hindu memuliakan sapi, maka saat Idul Qurban umat Islam dianjurkan berkurban dengan kerbau.
"Para wanita Muslimah di Nusantara juga tidak memakai cadar, karena kondisi alam Indonesia berbeda dengan Arab. Perempuan Arab memakai cadar sebab kondisi alamnya berdebu dan sangat panas. Selain itu, dalam hal seni, kalau di Arab memakai rebana, sedangkan di Jawa menggunakan gong," kata Kiai Hasyim, Ahad (22/3).
KH Hasyim mengingatkan pula pentingnya rujukan Piagam Madinah yang dibuat Nabi Muhammad dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Piagam itu menekankan pentingnya persaudaraan sesama Muslim, sementara terhadap orang yang berbeda akidah dan syariah berlaku sikap "lakum diinukum waliyadiin" (untukmu agamamu dan untukku agamaku).
Piagam itu menyebutkan pula bahwa seluruh elemen masyarakat, baik agama maupun suku dan golongan yang ada di Madinah harus saling tolong menolong dan harus mempertahankan negara dari serangan pihak luar, sehingga religiusitas dan nasionalisme harus menjadi pijakan dalam berbangsa dan bernegara.
"Rahmannya Allah akan diberikan kepada negara yang menegakkan keadilan dan menjauhi kedhaliman," kata KH Hasyim sebagaimana dikutip KH Misbah sambil menambahkan bahwa tasyakuran berdirinya Negara Karaton Jogjakarta Haniningrat ke-268 juga dimeriahkan dengan khatamil Quran, tahlil, dan doa bersama.