REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN-- Operasi militer Arab Saudi dan sekutu di Yaman guna memerangi gerilyawan Houthi dinilai terlambat. Muhammad Marandi, kepala Studi Internasional Universitas Teheran Iran, mengatakan seharusnya Arab Saudi sudah melakukan serangan itu sejak setahun lalu ketika kelompok Houthi masih kecil.
"Setahun lalu mereka gagal memerangi ratusan anggota militan Houthi. Apa yang akan mereka lakukan setelah militan ini menjadi ribuan orang?" kata Marandi seperti dikutip Almonitor, Kamis (26/3).
Keterlambatan itu berakibat pada makin kuatnya kelompok Houthi. Pada September tahun lalu, militan ini menyerbu Istana Presiden di Sanaa dan menggulingkan pemerintahan yang sah yang terpilih secara demokratis.
Ia mengingatkan sekutu-sekutu Iran di Yaman berjumlah banyak bahkan dapat dikatakan kelompok mayoritas. Kelompok Houthi dan warga selatan Yaman merupakan kaum dominan di negeri kaya minyak itu, sementara masyarakat lain masih terpecah-pecah.
Kelompok yang tercerai-berai ini, kata Marandi, antara lain Partai Al-Islah yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin yang didukung Qatar dan kelompok Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang merupakan sekutu Saudi.
Jangan lupa, jelas Marandi, ada juga kelompok-kelompok ekstremis kecil seperti ISIS dan Alqaeda yang juga masih pecah. Secara demografi, kata dia, kelompok pro Iran jauh lebih besar, kuat, dan bersatu dibandingkan mereka yang kontra.