REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Bulog Divisi Regional Bali, I Wayan Budita mengatakan Bali secara total telah menggelontorkan 98 ton beras dalam kegiatan operasi pasar selama satu bulan terakhir. Budita mengklaim beras tersebut disalurkan tepat sasaran, yaitu masyarakat miskin yang membutuhkan.
"Operasi pasar ini menurunkan harga beras saat ini menjadi Rp 8.900 per kilogram (kg)," kata Budita di Denpasar, Jumat (27/3).
Untuk menstabilkan harga komoditas pokok di pasaran, Bulog Bali melakukan memaksimalkan penyelenggaraan Bulog Mart dan Pasar Murah. Ini bekerja sama dengan berbagai lembaga, seperti Bank Indonesia (BI).
Budita memaparkan Bulog Bali telah menggelontorkan beras untuk rakyat miskin (raskin) sebanyak 2.278 ton per bulan untuk disalurkan di 712 desa dan kelurahan di Bali. Persediaan beras Bulog Bali hingga Maret ini mencapai 15 ribu ton yang cukup untuk konsumsi lima bulan ke depan.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Dewi Setyowati mengatakan salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras adalah mengubah pola konsumsi bahan pokok beras dengan subtitusinya, seperti jagung. Program 'Satu Hari Tanpa Nasi' atau 'One Day No Rice' yang digalakkan pemerintah Provinsi Bali perlu diupayakan.
"Namun, subtitusinya diharapkan tetap berbahan baku lokal," kata Dewi.
Dewi menambahkan tekanan inflasi Bali diawal 2015 menunjukkan tren penurunan dimana dalam dua bulan terakhir Bali mengalami deflasi sebesar -0,21 persen year to date (ytd). Menurutnya, perekonomian Bali masih dapat tumbuh kuat diatas perekonomian nasional. Ekonomi Bali selama 2014 tumbuh 6,72 persen year on year (yoy) di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,69 persen yoy.
Secara spasial, kata Dewi, Denpasar, Badung dan Tabanan masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Bali. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Denpasar mencapai 6,77 persen yoy, disusul Badung (6,75 persen), dan Tabanan (6,35 persen).