REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Warga Jakarta yang datang ke Monas pada Sabtu (28/3) malam untuk merayakan Earth Hour terlihat kurang antusias atas aksi pemadaman lampu selama satu jam tersebut.
Yanti (24), salah seorang warga yang datang ke Monas bersama sang suami contohnya. Ia bahkan mengaku tidak tahu ada rencana pemadaman lampu selama satu jam. Ia menuturkan hanya datang untuk sekadar mencari angin.
"Nggak tahu tuh saya ada rencana kayak gitu, ke sini mah cari angin aja," jelasnya.
Warga lain, Abidin (44), seorang pedagang nasi goreng mengatakan meski dirinya tahu tentang rencana pemadaman, dirinya tidak begitu antusias dengan aksi Earth Hour. Menurutnya, aksi tersebut hanya akan membuat repot dirinya yang berjualan.
"Ya abis gimana, kalo saya nggak nyalain lampu gak bisa jualan," kata dia.
Kegiatan yang dicetuskan oleh World Wide Fund for Nature dan Leo Burnett ini sendiri pertama kali diselenggarakan pada tahun 2007 di Sidney, Australia.
Setelah Sydney, beberapa kota di seluruh dunia rupanya juga ikut berpartisipasi pada Earth Hour 2008 dan berlanjut dengan ke banyak kota lagi diseluruh dunia, namun, memang belum familiar bagi masyarakat Indonesia.