REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Fluktuatifnya harga bahan bakar minyak (BBM) pada era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, memengaruhi penghasilan para supir angkutan kota (Angkot) di kota Bandar Lampung. Persatuan Pengusaha dan Pemilihk Angkot Bandar Lampung (P3ABL) meminta pemerintah menyesuaikan tarif angkot berkaitan harga BBM sudah naik.
Ketua P3ABL Kota Bandar Lampung, Daud Rusdi, Selasa (31/3), mengatakan kenaikan harga BBM sudah terjadi tiga kali, namun tarif angkot dalam wilayah kota harus disesuaikan, karena penghasilan supir angkot tidak sebanding dengan pengeluaran.
"Tarif angkot harus disesuaikan dengan kenaikan harga BBM," kata Daud Rusdi.
P3ABL akan mengusulkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung, agar segera menyesuaikan tarif angkot yang berlaku sekarang dengan terjadinya kenaikan harga BBM menjadi Rp 7.300.
"Kami akan menemui DInas Perhubungan untuk menyesuaikan tarif angkot dengan harga BBM saat ini," ujarnya.
Beberapa pengusaha angkot di kota ini, mengeluhkan kenaikan harga BBM yang sifatnya tidak menentu. Fluktuatifnya harga BBM memengaruhi harga suku cadang kendaraan bermotor, sehingga yang dirugikan tetap pemilik angkot, sedangkan kenaikan tarif terus silang pendapat.
Menurut Heri, pemilik angkot sekaligus supir angkot, banyak pemilik angkot mengeluh dengan naiknya harga BBM, karena harga suku cadang ikut naik.
"BBM naik harga suku cadang naik, BBM turun harga suku cadang tidak turun, nah BBM naik lagi harga suku cadang malah ikutan naik.Sedangkan tarif angkot sudah dinaikkan," kata Heri, yang sudah menjalani profesi supir selama lima tahun terakhir.
Ia berharap pemerintah melakukan kenaikan harga BBM tidak dalam jangka waktu dekat, karena memengaruhi harga suku cadang kendaraan yang selalu menjadi masalah pemilik angkot. Sedangkan setoran angkot selalu berkurang, karena sepinya penumpang gara-gara ramainya motor kreditan.