REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola nasional Budiarto Shambazy menilai putusan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menjadikan pemain sebagai tumbal karena sanksi larangan bermain untuk Persebaya dan Arema di Indonesia Super League (ISL) 2015.
Menurutnya, sanksi larangan bermain tidak pantas diberikan kepada klub. Karena menyangkut mata pencaharian pemain di dua klub tersebut. "Kalau sanksinya dilarang bermain. Akhirnya putusan rekomendasi BOPI hanya menjadikan pemain sebagai tumbal," kata Budiarto kepada Republika Online (ROL), Kamis (2/4).
Budiarto menyarankan sebaiknya Arema dan Persebaya bisa ikuti ISL musim ini. BOPI sebaiknya memberikan dua klub tersebut kesempatan penuhi syarat sambil berlaga hingga tengah musim. Sehingga pencarian pemain tidak berhenti begitulama.
"Sebaiknya kasih mereka kesempatan untuk lengkapi syarat hingga tengah musim. Kasihan para pemainnya," ucap Budiarto.
Persoalan Persebaya dan Arema memang cukup membuktikan klub tersebut belum profesional. Persebaya terkendala persoalan legalitas sedangkan Arema malah belum bayar pajak dan belum serahkan laporan keuangan.
Sederetan permasalahan itu diyakini Budiarto Shambazy bisa diselesaikan tengah musim. Selanjutnya BOPI boleh saja menarik rekomendasi bermain atau berikan sanksi pengurangan poin.
“Jika mereka (Persebaya dan Arema) belum selesaikan syarat hingga tengah musim. Silakan BOPI mencabut rekomendasinya atau memberikan pengurangan poin,” kata Budiarto.