REPUBLIKA.CO.ID, Gunung Tambora merupkan salah satu gunung aktif di Indonesia. Selain krakatau, Gunung Tambora memiliki dampak yang besar dari letusannya. Letusan terakhir gunung tambora tercatat pada 10 April 1815. Letusan tersebut merupakan letusan terdahsyat sepanjang kurun waktu 10.000 tahun lamanya.
Seperti dilansir dari wickedworld.net, letusan tersebut membawa dampak yang sangat besar di dunia. Karena letusan tersebut tak hanya berdampak pada Indonesia, tetapi juga di seluruh benua di dunia. Pascaletusan selama satu tahun dunia mengalami musim dingin yang panjang. Di Eropa sendiri akibat dari letusan gunung tambora meningkatkan intensitas curah hujan hingga 80 persen dari standar intesitas curah hujan di Eropa.
Tak hanya Eropa, Amerika Serikat pun terkena dampak dari letusan Gunung Tambora tersebut. Suhu di Amerika menurun drastis sebanyak 20 derajat celcius dalam hitungan menit. Bahkan, salju dan badai salju menerjang Amerika hingga lima bulan lamanya.
Dampak letusan tersebut tak hanya merubah iklim global, tetapi juga munculnya beberapa endemik virus yang berevolusi karena tingginya kepekatan aerosol dalam lapisan langit. Irlandia secara serentak pada September 1815 terjangkit tifus, karena tifus menewaskan 150.000 nyawa dan wabah tersebut baru selesai pada 1819.
Sedangkan di dataran Asia, Kolera menyerang pada lembah Gangga, India. Musim panas dengan cepat menjadi epidemi dan pandemi. Kolera yang diidap oleh para warga India ini bahkan menular hingga beberapa dekade selanjutnya.
Cuaca ekstreem pun melanda Hungaria dan Italia pada tahun 1816. Saat musim dingin tiba, suhu bisa mencapai minus, sedangkan pada musim panas udara bahkan bisa melelehkan coklat pada suhu ruang. Namun musim panas tersebut hanya berlangsung tak lebih dari tiga minggu.
Kerusakan iklim tersebut hampir terjadi dari kurun waktu 1815 hingga kemudian seluruh dunia baru bisa mengembalikan stabilitas ekonomi dan bertahan dalam mengalahkan krisis iklim pada 1819.