Oleh: Nina Chaerani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Detail arsitektur dari tiga teras Taman Shalimar itu cukup canggih. Teras pertama adalah taman publik atau taman bagian luar terletak pada posisi paling rendah. Taman teras pertama ini tak seluas dulu karena terkena pemotongan untuk jalan raya.
Taman ini menghampar sampai ke Diwan-e-Aam (balairung publik). Dalam balairung ini ada takhta marmer hitam kecil yang dipasang di atas air terjun. Teras taman kedua di sepanjang kanal sentral yang menjadi sumbu perairan di situ.
Teras ini sedikit lebih luas, berundak dua. Di tengah teras ini terdapat Diwan-e-Khas (ruang pertemuan pribadi), yang dapat dimasuki hanya oleh kalangan bangsawan atau tamu kerajaan.
Meski bangunan itu kini telah hilang, dasar batu berukir dan sebuah platform yang indah dikelilingi sejumlah air mancur masih terlihat. Kamar mandi-kamar mandi kerajaan terletak di barat laut dari kepungan air mancur ini.
Di teras ketiga, yang tertinggi, saluran air utama mengalir melalui Taman Zenana (taman wanita), begitu nama taman di teras ini, yang diapit Diwan-e-Khas dan pohon-pohon chinar.
Pada pintu masuk ke teras, ada dua paviliun kecil atau ruang penjaga yang dibangun di gaya Kashmir pada dasar batunya. Ini merupakan jalan masuk menuju harem kerajaan yang diawasi dengan ketat.
Shah Jahan membangun sebuah baradari dari marmer hitam, disebut Paviliun Hitam di dalam Taman Zenana. Paviliun Hitam dibangun pa da bagian awal kekuasaan Jahangir (1569- 1627).