Senin 06 Apr 2015 20:20 WIB

Siap-siap, Ada Tes HIV Gratis di Tiga Kota Ini

Rep: Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Petugas mengambil sampel darah seorang warga untuk diperiksa terkait pencegahan HIV/AIDS di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/12).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Petugas mengambil sampel darah seorang warga untuk diperiksa terkait pencegahan HIV/AIDS di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) akan mengadakan tes penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan pemeriksaan kesehatan gratis. Pemeriksaan dilakukan di tiga kota secara serentak, yaitu Jakarta, Bandung, dan Denpasar pada 30-31 Mei 2015.

Staf Pelaksana Humas PKBI, Devi Fitriana mengatakan, tes HIV dan pemeriksaan kesehatan gratis sebagai bentuk sosialisasi HIV. Acara ini sekaligus sebagai bentuk pencegahan HIV dengan melakukan pemeriksaan lebih dini.

 

“Karena jika seorang ibu hamil positif HIV, maka anaknya nanti juga tertular, makanya tes ini sebagai langkah preventif. Selain itu, sosialisasi ini dilakukan supaya masyarakat melihat bahwa HIV bukanlah penyakit yang menakutkan,” ujarnya kepada Republika, di Jakarta, Senin (6/4).

Dia menjelaskan, pada 30 dan 31 Mei 2015, masyarakat bisa mengikuti pemeriksaan di Plaza Taman Parkir Timur Senayan untuk Jakarta; Gedung Sate di Bandung; dan Lapangan Renon untuk Denpasar. Acara akan dirangkai dengan acara lari 'hugging run' 2015, workshop, kegiatan olah raga seperti futsal, bazaar dan acara lainnya.

Kegiatan ini berlaku untuk umum dan terbuka pada semua golongan. Untuk menyukseskan acara ini, pihaknya menggandeng ibu-ibu kader pos pelayanan terpadu (posyandu) hingga majelis taklim. Mereka tergabung dalam kader gerakan inisiasi PKBI, yaitu pusat informasi kesehatan masyarakat (PIKM).

PKBI menargetkan di setiap kota ada 3 ribu peserta yang mengikuti tes ini. Sehingga totalnya ada 9 ribu peserta yang diharapkan mengikuti tes HIV. Dia berharap, tes dan sosialisasi HIV ini dapat menginformasikan lebih jelas penyakit HIV ke masyarakat.

“Karena masyarakat luas harus memiliki informasi tentang HIV. Sehingga, ketika ada anggota keluarga mereka terjangkit HIV, sudah tidak ada stigma dan diskriminasi,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement