REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Save Our Soccer (SOS), Apung Widadi, sebut Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) plin-plan. Apung menilai BOPI melemah ketika mau memberikan dua klub bermasalah kesempatan lagi untuk bertarung di QNB League (nama baru Indonesia Super League).
Padahal, sejak awal BOPI berkomitmen tak akan memberikan peluang lagi untuk melengkapi seluruh syarat setelah pengumuman rekomendasi klub. “Itu namanya plin plan,” kata Apung kepada Republika Online (ROL) di Jakarta, Selasa (7/4).
Kata Apung, jika BOPI berikan kesempatan itu pada Persebaya dan Arema yang bermasalah. Artinya, verifikasi yang dilakukan BOPI selama ini hanya sia-sia. Begitupun dengan rekomendasi yang diberikan ke 16 klub itu sama sekali tak berarti.
Dengan kata lain, Apung menilai verifikasi yang dilakukan BOPI hanya sekadar menjalankan tugas sebagai lembaga. Bahkan, Apung menyebut dengan memberikan kesempatan itu BOPI juga sudah membuang-buang anggaran negara.
Apung melanjutkan, plin-plannya BOPI menghadapi masalah Persebaya dan Arema juga karena Kemenpora yang tidak tegas. Ia mengatakan seharusnya, Menpora Imam Nahrawi yang menaungi BOPI sudah siapkan sederatan sanksi untuk klub, PT Liga Indonesia ataupun PSSI yang melanggar aturan keolahragaan nasional.
Tapi, jeratan sanksi hanya disebut-sebut saja. Tak sekalipun Menpora menjelaskan secara detail sanksi yang akan diberikan kepada pihak yang melanggar aturan tersebut. Sedangkan kini, menpora berkoar-koar akan jatuhkan sanksi untuk PT Liga Indonesia saat laga sudah berjalan dengan 18 klub.