REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, mengatakan pengakuan Akbar Faizal mengenai usaha memanipulasi data Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat situasi politik semakin panas.
"Meskipun yang dibidik adalah Luhut Panjaitan yang kini menjadi Kepala Staf Kepresidenan, tetapi informasi itu bisa merusak citra Jokowi-JK," kata Karyono Wibowo melalui pesan singkat telepon seluler di Jakarta, Selasa (7/4).
Karyono mengatakan pengakuan Akbar mengenai pemaparan Luhut untuk memanipulasi data KPU dengan menggunakan teknologi informasi pada Pemilu Presiden 2014 bisa berimbas pada Jokowi-Jusuf Kalla.
Apalagi, hawa panas persaingan Pemilu Presiden 2014 masih terasa karena kristalisasi pertarungan kedua kubu masih belum mencair. Belum lagi muncul isu kecurangan pemilu yang dihembuskan oleh pihak tertentu dan situasi politik yang masih relatif tegang.
"Suhu politik masih panas, kini muncul pengakuan Akbar yang mengejutkan publik. Celakanya, Akbar adalah mantan deputi Tim Transisi Jokowi-JK," tuturnya.
Menurut Karyono, pengakuan Akbar itu bisa berbahaya bila diplintir dan dibumbui oleh pihak lain sehingga seolah-olah tim Jokowi-JK melakukan manipulasi suara. "Bila dijadikan bahan propaganda untuk memengaruhi opini publik, hal itu berpotensi mendelegitimasi pemerintahan Jokowi-JK. Padahal belum tentu benar terjadi kecurangan pemilu," katanya.
Selain itu, bila pengakuan Akbar itu ditunggangi oleh pihak-pihak yang berseberangan dengan pemerintah, Karyono mengatakan hal itu berpotensi membuat gerakan oposisi semakin menguat.