REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alasan Garin Nugoroho mengangkat kisah Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto cukup sederhana. "Film berbumbu nasionalis perlu berkembang," ungkap Garin saat gala premier film Guru Bangsa Tjokroaminoto.
''Kenapa? Agar kaum muda Indonesia mengenal sosok sang guru bangsa. Kisah pahlawan yang lama bermukim di Surabaya, Jawa Timur, ini seolah lenyap tersapu masa. Padahal ia merupakan rujukan dari beberapa tokoh nasional Indonesia,'' ungkap Garin.
Sutradara kondang Tanah Air ini awalnya masih belum yakin sosok Tjokro untuk menjadi karakter dalam film. Tetapi keyakinannya bulat setelah Ari Syarif, salah satu penulis naskah, memantapkan mentalnya.
Film bergenre drama-biopic ini akhirnya lahir setelah sekitar satu tahun proses produksi. Garin memang piawai mengemas film. Ia tidak hanya menginterpretasikan kepribadian Tjokro dalam bentuk biografi film. Tetapi juga menggambarkan situasi politik pada masa itu.
Garin ingin mengajak masyarakat mengenal muasal politik Indonesia melalui film Tjokroaminoto. Banyak orang saat ini ingin terjun ke panggung politik tapi tidak belajar mengenai politik sesungguhnya. Tjokro merupakan cermin dari seorang politikus handal.
Sosoknya jenius dan memiliki sejarah. Bukan seorang politikus yang masuk ranah politik tetapi tanpa belajar bagaimana ilmu politik sesungguhnya. Ia juga merupakan guru politik Indonesia yang melahirkan tokoh-tokoh nasional.
Beberapa nama seperti Kusno (Soekarno) yang merupakan Presiden Republik Indonesia pertama, ada pula Semaoen yang merupakan ketua pertama dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Tjokro juga merupakan sahabat karib dari Agus Salim, yang menggantikan posisinya sebagai ketua di Sarekat Islam (SI).
Sosok Tjokro begitu terkenal karena menghargai setiap ideologi. Salah satu trilogi termahsyur miliknya, yakni semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat.