Sabtu 11 Apr 2015 16:20 WIB

Mengapa Jokowi-KIH Tidak Harmonis?

Rep: c09/ Red: Taufik Rachman
  Presiden Jokowi bersama Dirut PT Pindad Silmy Karim.
Foto: Antara
Presiden Jokowi bersama Dirut PT Pindad Silmy Karim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakharmonisan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mencuat. KIH mengaku penumpang gelap di kabinet Jokowi membuat hubungan KIH dan Jokowi putus.

Ketua DPP Partai Hanura, Syarifuddin Sudding, menegaskan agar Presiden Jokowi tidak meninggalkan partai pendukungnya yang tergabung dalam KIH setelah menjalankan pemerintahan. Menurutnya, jangan sampai Jokowi dimanfaatkan oleh penumpang gelap pemerintahan, seperti sindiran Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.

“Jangan lalu kemudian partai pendukung ditinggalkan dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang sebelumnya tidak pernah berkeringat,” ujar Sayrifuddin, saat dihubungi Republika, Sabtu (11/4)

Ia menuturkan, Jokowi harus tetap menjaga kerjasama dengan partai-partai pengusungnya. Sebab, partai-partai di KIH telah memberikan dukungan penuh kepada Jokowi hingga sampai ke kursi pemerintahan.

“Ketika kita sudah memberikan dukungan, komunikasi itu harus berjalan dengan baik kepada partai pendukung,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement