REPUBLIKA.CO.ID,Di kalangan sejarawan Islam, sosok Abu Hurairah dikenal sebagai seorang penghafal yang mahir. Abu Hurairah pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasulullah SAW terus menerus dan secara tetap menyertai majelisnya.
Dia dikaruniai daya ingat yang luas dan kuat. Kemampuannya ini diperkuat dengan doa dari Rasulullah SAW padanya, "Semoga pemilik bakat ini diberi keberkahan oleh Allah SWT."
onislam.net menuliskan bahwa Abu Hurairah mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya dengan menghafalkan hadits dan Alquran. Sehingga saat Rasulullah wafat, Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan hadits di tengah majelis.
Hal tersebut membuat para sahabat Rasulullah keheranan, dari mana datangnya hadits-hadits ini, kapan didengar oleh Abu Hurairah, dan diendapkannya dalam ingatan.
Kemampuan Abu Hurairah yang luar biasa dalam mengingat hadist disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama, karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi Muhammad SAW lebih banyak dari para sahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan kuat yang telah diberi berkat oleh Rasulullah dan Allah SWT hingga semakin kuat. Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits merupakan tanggung jawabnya terhadap agama dan hidupnya.
Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya. Oleh sebab itulah ia harus memberitakan, tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya.