Jumat 17 Apr 2015 02:00 WIB

Rupiah Menguat Diperkirakan tak Akan Bertahan Lama

Rep: Sonia Fitri/ Red: Julkifli Marbun
Rupiah
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah kembali menguat pada Kamis siang (16/4) salah satunya disebabkan terjadinya surplus neraca perdagangan Indonesia. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah menguat 1,06 persen menjadi Rp 12.838 per dollar AS dari sebelumnya Rp 12.976 per dollar AS.

Sementara, nilai tukar rupiah di pasar spot diperdagangkan sebesar Rp 12.855 per dollar AS atau naik 0,39 persen dari hari sebelumnya. Namun kondisi tersebut diperkirakan tidak akan bertahan lama.

“Ini karena dolar masih menunjukkan tanda-tanda menguat,” kata Kepala Analis ForexTime (FXTM) Jameel Ahmad sebagaimana dikutip Bloomberg. Namun, bukan berarti itu melulu merupakan kondisi yang buruk. Justru ada peluang yang bisa dimanfaatkan dari pelemahan rupiah saat ini.

Dolar, kata dia, masih akan terus meningkat hingga waktu kenaikan suku bunga dari Bank Sentral AS. Menurutnya, setiap pelemahan dolar hanyalah menjadi tren sementara dan memberikan kesempatan bagi para pelaku perdagangan untuk membeli dolar.

Sementara, di Amerika Serikat angka keluaran industri pada Maret menurun melampaui prediksi analis yang memberi peluang penundaan kenaikan suku bunga pertama kalinya sejak Fed fund rate dipatok 0,25 persen pada November 2008. Kondisi ini mendorong dolar mengalami pelemahan terhadap mata uang utama lainnya selama tiga hari berturut-turut.

Dikatakannya, pelemahan rupiah, merupakan kesempatan baik bagi industri manufaktur, terutama bagi pengekspor produknya ke luar negeri untuk berekspansi. Contohnya Jepang yang menjalankan kebijakan pelemahan yen dengan sengaja guna mengambil keuntungan dari tingginya ekspor dalam negeri.

Sebelumnya, rupiah diberitakan mengalami lonjakan penguatan terbesar sejak dua bulan terakhir setelah Badan Pusat Statistik melaporkan surplus perdagangan terbesar dalam satu tahun. Maret lalu ekspor Indonesia melampaui impor dengan selisih 1,13 miliar dolar AS atau tertinggi sejak Januari 2013.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement