Jumat 17 Apr 2015 02:34 WIB

Lawan Pemberontak, 16 Tentara Myanmar Tewas

Myanmar
Foto: AP PHOTO
Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Enam belas tentara Myanmar tewas dalam serangan besar untuk mengusir pemberontak dari puncak bukit strategis di timurlaut, yang berbatasan dengan Cina, kata media pemerintah pada Kamis, saat pertempuran dengan suku pemberontak mendekati pekan kesepuluh.

Sejumlah tentara dan suku Kokang pemberontak tewas sejak kemelut meletus di wilayah terpencil negara bagian Shan pada 9 Februari, sementara puluhribuan orang lari melintasi perbatasan ke Cina.

Serangan udara Myanmar sejak itu dilakukan ke wilayah Cina, menewaskan beberapa warga dan memicu kecaman dari Beijing, yang segera mengerahkan jet tempur.

Kemelut itu juga dibayangi tawaran luas untuk mengamankan gencatan senjata dengan sejumlah kelompok pemberontak lain -tidak termasuk Kokang- saat negara tersebut menuju pemilihan umum terobosan sesudah berdasawarsa pemerintahan tentara.

"Enam belas tentara dan petugas dari (tentara Myanmar) Tatmadaw menyerahkan nyawa mereka bagi negara dan 110 tentara serta petugas lain terluka," kata laporan pada Kamis di suratkabar berbahasa Burma kelolaan negara "The Mirror".

Tentara ikut dalam gerakan 10 hari, yang berakhir pada Rabu, merebut puncak bukit kunci dan menghancurkan puluhan persembunyian pemberontak, katanya.

Koran itu menambahkan bahwa dua mayat pemberontak Kokang ditemukan bersama senjata kecil dan berat. Juru bicara pemberontak belum dapat dihubungi pada Kamis untuk memberikan tanggapan.

Wilayah Kokang diselimuti keadaan darurat, yang diberlakukan pada hari setelah pertempuran tersebut pecah.

Media kelolaan pemerintah Myanmar merinci perkembangan harian kemelut dengan Tentara Persekutuan Demokratik Bangsa Myanmar (MNDAA), kelompok pemberontak utama dari Kokang, yang berbahasa Cina.

Tapi, keterangan menghilang dalam beberapa pekan belakangan saat pertempuran berlangsung terus.

Terdapat pula angka belum jelas untuk jumlah warga tewas atau terluka di daerah terpencil dan keras itu, sementara jalur kemanusiaan sangat terhambat oleh beberapa serangan terhadap iringan bantuan.

Pada bulan lalu, Presiden Myanmar Thein Sein memuji rancangan perdamaian bersejarah dengan sejumlah kelompok pemberontak untuk mengakhiri puluhan tahun perang saudara.

Meskipun Kokang tidak terlibat langsung dalam pembicaraan perdamaian, pertempuran saat ini memicu kecaman dari persekutuan kelompok pemberontak di meja perundingan, yang belum secara resmi mensahkan rancangan kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Kelompok bersenjata suku lain, Tentara Pembebasan Bangsa Ta'ang, yang bermarkas di negara bagian Shan, juga mendukung pemberontak Kokang, yang diusir dari Myanmar oleh tentara pada 2009 sebelum tiba-tiba kembali pada Februari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement