REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik, mengatakan, Indonesia merupakan contoh negara majemuk yang mampu menjunjung nilai-nilai toleransi. Pengalaman tersebut dinilai menjadi penting direfleksikan dari negara-negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 yang digelar di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April.
"Saya kira dalam isu radikalisme, Indonesia memiliki pengalaman dan pesan penting bagi dunia. Pesan toleransi dari negara dengan populasi padat yang memiliki interpretasi yang kuat dan baik mengenai Islam. Ini satu hal di mana dunia bisa belajar," kata Traavik, di Balai Sidang Jakarta, Ahad (19/4).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah bertemu dengan Perdana Menteri Kerajaan Norwegia, Erna Solberg, sebagai bentuk penguatan hubungan bilateral kedua negara dalam bidang lingkungan hidup, kerja sama hak asasi manusia, energi, perikanan, dan maritim.
"Ketika PM kami bersama Jokowi, mereka membicarakan masalah ini. Norwegia memiliki masalah pemuda yang ikut berperang di Suriah. Secara mengejutkan, masalah kami lebih besar dibanding Indonesia," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki interpretasi yang baik mengenai toleransi yang bisa dicontoh bagi negara lain.
"Indonesia memberikan pelajaran kepada dunia. Kalian memiliki hubungan antar agama yang sangat baik. Indonesia menunjukkan bahwa Islam moderat, toleransi dan saling mengerti satu sama lain. Indonesia memiliki tempat sangat penting dalam masalah ini," ujarnya.
Indonesia dan Norwegia berkomitmen untuk bekerja sama membantu pembangunan di Afghanistan dalam kaitan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular yang disampaikan dalam sela acara Konferensi Asia Afrika ke-60 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu.
Indonesia dan Norwegia akan terus memperkuat hubungan bilateral dengan kerja sama membantu negara lainnya selain Afghanistan dalam rangka mendorong kemajuan Kerja Sama Selatan-Selatan. Peringatan 60 Tahun KAA digelar di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April.