REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- Beberapa lembaga kemanusiaan bergegas menyediakan bantuan buat lebih dari 90.000 orang yang menyelamatkan diri dari bentrokan di Gubernuran Anbar, Irak, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.
"Prioritasnya ialah mengirim bantuan penyelamat nyawa buat orang yang menyelamatkan diri, dengan menyediakan makanan, air, dan tempat berteduh menjadi prioritas utama," kata Dujarric dalam taklimat di Markas Besar PBB di New York, AS, Senin (20/4).
Puluhan ribu warga sipil menyelamatkan diri dari Ramadi, Farraj, Albu Aetha dan kota kecil lain dan bergerak ke arah Khaldiya, Ameriya Al-Fallujah serta Baghdad, kata Dujarric, sebagaimana diberitakan Xinhua, Selasa (21/4) siang WIB. "Sebagian besar orang ini menyelamatkan diri dengan jalan kaki."
Program Pangan Dunia (WFP) membagikan ransum, yang cukup buat tiga hari, untuk lebih dari 41.000 orang di Ramadi, dan sudah membagikan bantuan buat lebih dari 8.750 orang yang baru kehilangan tempat tinggal di Baghdad, Ibu Kota Irak.
Sementara itu Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengunsi (UNHCR) telah membagikan bantuan buat sebanyak 1.000 keluarga di Ameriya Al-Fallujah dan Baghdad, dan berencana membagikan 2.000 paket lagi dalam beberapa hari ke depan.
Dana Anak PBB (UNICEF) telah membagikan paket dalam beberapa hari belakangan untuk memenuhi kebutuhan mendesak 95.000 orang, termasuk barang kesehatan orang dewasa dan 12 liter air, kata juru bicara PBB itu.
Lebih dari 90.000 orang menyelamatkan diri dari pertempuran di Anbar, kata PBB pada Ahad (19/4), sementara Pemerintah Irak dan kelompok bantuan berjuang untuk membantu orang yang baru kehilangan tempat tinggal tersebut.
Pasukan pro-pemerintah telah terlibat bentrokan sengit dengan petempur Negara Islam untuk menguasai Ramadi, Ibu Kota Gubernuran Anbar, sekitar 110 kilometer di sebelah barat Baghdad.
Konflik dalam negeri di Irak telah membuat tak kurang dari 2,7 juta orang Irak kehilangan tempat tinggal sejak 2014, kata PBB. Jumlah itu telah bertambah secara dramatis sejak anggota ISIS merebut banyak wilayah di Irak Utara antara Juni dan Agustus tahun lalu.