REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pemerintah Indonesia harus mulai memikirkan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi dengan negara-negara Afrika. Pasalnya, pasar di sejumlah negara ketiga merupakan yang paling sesuai bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor.
"Kalau mau maju, mulai dari sekarang Indonesia harus sudah menyiapkan dan menjajaki pasar-pasar baru termasuk Afrika," kata Hariyadi di Jakarta, Selasa (21/4).
Menurut Hariyadi, hampir semua sektor usaha memiliki peluang bagus di Afrika. Namun, memang belum banyak pelaku usaha Indonesia yang berinvestasi atau melakukan kegiatan perdagangan di Afrika karena masih memiliki preferensi lain. Menurutnya, di regional Asia Tenggara saja masih banyak peluang yang bagus. Apalagi, Indonesia berambisi untuk menjadi pemimpin ekonomi di wilayah Asia Tenggara.
"Bukan kita tidak mau berinvestasi atau berdagang ke Afrika, tapi memang pada akhirnya pengusaha kita berhitung dari skala prioritas sehingga banyak bergerak di regional dulu," kata Hariyadi.
Menurut Hariyadi, tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa memperluas pasar ke Afrika apabila dibentuk sebuat sekretariat bersama. Dengan demikian, dapat lebih memudahkan koordinasi dan komunikasi antar pelaku usaha maupun pemerintah.
Salah satu kendala ekspor perdagangan ke Afrika, yakni masih ada kecanggungan dari eksportir dan belum mengenal pasar masing-masing. Langkah konkrit yang bisa ditindaklanjuti oleh pemerintah dan pelaku usaha Indonesia yakni dengan one on one meeting, untuk menyamakan ketertarikan di masing-masing bidang.
Dua negara di Afrika yang memiliki potensi besar yakni Afrika Selatan dan Nigeria. Menurut Hariyadi, kedua negara tersebut sudah berkomunikasi dengan Indonesia dengan fokus perdagangan, mulai dari consumer good, tekstil, garmen, elektronik, dan otomotif.
Selama ini, negara asia yang mendominasi perdagangan dan infrastruktur di Afrika adalah Cina. Menurut Hariyadi, Indonesia dapat mencontoh Cina karena memiliki pemikiran panjang dalam berinvestasi dan melebarkan pangsa pasar.
"Cina tidak hanya bicara masalah ekonomi, tapi juga geo politik dan semua diperhitungkan dengan seksama," ujar Hariyadi.