REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Japan Aerospace Exploration Agency, atau JAXA, memasukkan pendaratan di bulan di tahun fiskal mulai 1 April 2018, dalam ringkasan rencana eksplorasi bulan oleh Jepang dan negara-negara lain.
Media Jepang melaporkan hari Selasa (21/4) waktu setempat bahwa JAXA mempresentasikan proposal ke panel pemerintah yang terdiri dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains dan Teknologi hari Senin (20/4).
Badan Antariksa Jepang itu masih harus memenangkan pendanaan untuk proyek tersebut, tapi meningkatkan harapan mereka untuk kebangkitan eksplorasi antariksa.
Lembaga penyiaraan publik NHK menunjukkan gambar satelit pulau-pulau Jepang, yang diambil di malam hari, dan gambar satelit aurora borealis, atau Northern Lights alias Cahaya Utara, sebagai atraksi yang mungkin bisa ditawarkan bagi penumpang pesawat antariksa.
Jepang telah lama menjadi negara yang terkemuka dalam hal eksplorasi antariksa dan negara Asia pertama, pada tahun 1970, yang menempatkan satelit ke orbit sekitar Bumi.
Tapi di beberapa tahun terakhir, program antariksa Jepang terhambat karena anggaran yang ketat, tidak seperti program antariksa lainnya, Jepang tidak bisa bergantung pada anggaran militer atau proyek militer untuk mengembangkan kemampuan roketnya. Sebuah misi ke Mars pada tahun 1998 gagal akibat gangguan teknis dan akhirnya diabaikan pada tahun 2003.
Cina alami kemajuan
Sementara itu, Cina membuat kemajuan besar, menempatkan astronot ke antariksa dan menjadikannya sebagai negara ketiga yang berhasil mengirim manusia ke orbit setelah Rusia dan Amerika Serikat. Program antariksa Jepang tidak pernah melakukan penerbangan tanpa awak, walaupun astronot Jepang telah dikirim ke Stasiun Antariksa Internasional.
JAXA telah ditata ulang dan mencoba untuk memperluas programnya, bermitra dengan Badan Sains dan Teknologi. Kerangka ekplorasi antariksa internasional yang dipaparkan minggu lalu menetapkan tujuan Jepang memimpin AS dan negara lain di beberapa area di beberapa tahun yang akan datang.
Uang tetap tidak banyak: badan antariksa tersebut memperkirakan anggaran total sejumlah 184 milyar yen (1,5 juta dolar AS) di tahun fiskal ini, sedikit di atas tahun lalu yang berjumlah 181,5 milyar yen tapi setara dengan anggaran lima tahun yang lalu.
Namun JAXA kelihatannya mendapatkan dorongan dan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mengembangkan teknologi dengan aplikasi pertahanan.
"Ada beberapa area dengan potensi tak terbatas untuk dikembangkan, dan untuk meningkatkan kendali terhadap ancaman-ancaman di masa datang penting bagi Jepang untuk meminimalisir kekosongan kekuasaan dalam eksplorasi antariksa,'' menurut dokumen tersebut.