REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault menyatakan pembinaan Pramuka menjawab keresahan pada kecenderungan pengorbitan pemimpin karbitan. Baik karbitan di eksekutif maupun legislatif.
"Pramuka memiliki kelompok dengan penjenjangan pendidikan yang membina anggotanya, baik sejak SD hingga mahasiswa sehingga ditempa menjadi pemimpin berkualitas, religius dan berbudi pekerti," katanya saat melantik Majelis Pembimbing Daerah Gerakan Pramuka Maluku di Ambon, Kamis (23/4).
Dia merujuk kelompok umur 7-10 tahun disebut dengan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Ada juga kelompok khusus yakni ditujukan untuk mereka yang memiliki kedudukan dalam kepramukaan.
"Jadi Pramuka saat ini diintensifkan menjadi pelajaran kurikuler di jenjang SD hingga mahasiswa sehingga menempa calon pemimpin yang tidak mencerminkan individualistis dan terkesan karbitan di eksekutif maupun legislatif," ujar Adhyaksa.
Dia juga menyatakan keprihatinannya terhadap rasa nasionalisme generasi muda Indonesia yang saat ini semakin terkikis akibat dampak globalisasi. "Jadi wadah yang dinilai strategis untuk menangkal semakin tergerusnya nasionalisme adalah gerakan Pramuka," kata Adhyaksa.
Mantan Menpora saat Kabinet Indonesia Bersatu ( 2004 - 2009) itu memandang perlu pembinaan Pramuka dimasukkan dalam kurikulum pendidikan secara berjenjang. "Saya jujur sempat beragumentasi dengan Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan soal pembinaan Pramuka harus masuk kurikulum pendidikan," tegas Adhyaksa.