Kamis 23 Apr 2015 21:16 WIB

Seknas Jokowi: Kinerja Kementerian ESDM Perlu Dipertanyakan

Peserta Rapat Koordinasi Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi mengikuti Rapat Koordinasi Seknas Jokowi di Jakarta, Ahad (25/5).
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Peserta Rapat Koordinasi Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi mengikuti Rapat Koordinasi Seknas Jokowi di Jakarta, Ahad (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relawan pendukung Jokowi saat Pilpres 2014, Seknas Jokowi menyoroti kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Seknas Jokowi menilai banyak kebijakan Kementerian ESDM yang perlu dipertanyakan.

"Bagi saya menteri ESDM perlu dipertanyakan terkait dengan subsidi Bahan Bakar Minyak, Freeport dan lainnya salah semua kebijakannya," kata Ketua Seknas Jokowi Muhammad Yamin di Jakarta, Kamis (24/4).

Yamin melanjutkan, hal tersebut karena masyarakat berkeberatan dengan kebijakan yang dibuat oleh kementerian yang mengurusi sumber daya alam Indonesia tersebut.

"Itu karena banyak masyarakat yang tidak puas dengan kinerja mereka dengan kebijakan yang tidak pro rakyat," ujarnya.

Ia mengungkapkan, pihaknya akan melakukan kajian dalam melihat jejak kebijakan kementerian tersebut dan akan dilaksanakan pada Selasa (28/4) pekan depan. Namun, lanjutnya hasil dari kajian ini hanya sebagai usulan saja bagi Presiden.

"Kan ada penilaian publik tapi semua diserahkan pada pak presiden," ucapnya.

Terkait dengan isu pergantian pejabat atau reshuffle, Yamin mengatakan masalah yang terjadi pada kabinet Presiden Joko Widodo itu, bukan hanya dalam Kementerian ESDM namun juga yang lainnya.

"Ya itu selain ESDM, ada beberapa orang yang dianggap performanya tidak menjalankan nawacita. Saya ini bicara sebagai masyarakat dan Seknas," jelasnya.

Tetapi ketika ditanya kementerian lain yang dimaksudkannya, Yamin tidak memberikan keterangan lebih. "Nanti kita beri tahu lebih lanjut setelah kajian," ujarnya.

Yamin juga angkat bicara soal calon pengisi kursi Menteri yang akan kosong jika terjadi reshuffle bahwa pihaknya tidak menginginkan jabatan dan hanya murni kritik pemerintah.

"Ya nggak lah jangan konflik of interest kalo mengkeritik ya kritik saja, jangan ada kepentingan jangan ada maunya. Jika calon lain juga baik itu dari KIH ataupun KMP itu tergantung presiden," tandasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement