REPUBLIKA.CO.ID, BATULAYAR -- Selama berpuluh-puluh tahun, Warga Dusun Duduk Atas, Desa Batu Layar Barat, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengonsumsi air tidak layak yang berasal dari air hujan. Selain itu, jika musim kemarau datang, warga harus rela berjalan sejauh 4 kilometer untuk bisa memperoleh air.
Raodah, warga Dusun Duduk Atas mengatakan jika musim hujan tiba maka masyarakat yang memiliki penampung air akan menampung air tersebut dalam bak yang sudah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya, air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari semisal minum, memasak, mencuci dan air wudhu.
"Air hujan di tampung terus digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya kepada Republika saat berada di Dusun Duduk, NTB, Kamis (23/4).
Ia menuturkan, meskipun air hujan yang ditampung selama beberapa hari mengeluarkan ulat ataupun nyamuk. Masyarakat tetap mempergunakan air tersebut dikarenakan ketiadaan air bersih diwilayah tersebut dengan cara direbus ataupun disaring terlebih dahulu.
Menurutnya, kalaupun masyarakat mengambil air di sungai ketika musim hujan. Kondisi air sungai tersebut berwarna coklat karena sudah bercampur dengan lumpur. Bahkan, ketika musim kemarau, masyarakat harus mengambil air di Batu Bolong dengan jarak mencapai 4-6 KM.
"Ngambil air melewati dua bukit di Batu Bolong, jaraknya 6 KM. Jam lima pagi berangkat untuk mengambil air, dan sore hari. Itu pun harus mengantri," ungkapnya.
Raodah mengatakan kebutuhan air yang digunakan masyarakat berasal dari air hujan sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, ketika musim kemarau, air untuk keperluan sehari-hari pun sangat minim. Dirinya menuturkan kondisi yang dialami masyarakat sudah berlangsung sejak lama.
Ia menuturkan, kadangkala jika sedang berjalan menuju ladang dan kehausan maka dirinya akan minum air dari pohon pisang. Kadangkala, jika terdapat masyarakat sakit maka harus membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Kepala Dusun Duduk Atas, Sahri mengatakan masyarakat yang berjumlah 500 KK selama ini kesulitan mendapatkan air bersih. Selain itu, akses jalan yang curam dan jelek membuat banyak masyarakat menjadi korban. Serta sebagian masyarakat yang belum memperoleh listrik.
"Kita masih nyantol di gardu DUsun Duduk Bawah. Sebagian masyarakat belum menikmati lampu terang. Kita belum ada gardu," ungkapnya.
Menurutnya, pihaknya mengharapkan pemerintah bisa memfasilitasi air bersih, jalan yang bagus dan listrik untuk kebutuhan masyarakat. Ha l itu demi masyarakat agar bisa hidup dengan baik.