Jumat 24 Apr 2015 09:48 WIB

Prosesi Historical Walk di Bandung Jadi Puncak Acara KAA

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Bilal Ramadhan
Persiapan KAA: Jl Asia Afrika lengang saat simulasi puncak prosesi Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di kawasan Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Kota Bandung, Rabu (22/4). Menjelang puncak KAA pada 24 April 2015, lokasi tersebut saat ini sudah diseterilkan
Foto: Edi Yusuf/Republika
Persiapan KAA: Jl Asia Afrika lengang saat simulasi puncak prosesi Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di kawasan Gedung Merdeka, Jl Asia Afrika, Kota Bandung, Rabu (22/4). Menjelang puncak KAA pada 24 April 2015, lokasi tersebut saat ini sudah diseterilkan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Prosesi historical walk yang menjadi puncak acara peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 resmi dimulai pada pukul 09.15 WIB, Kamis (24/4). Para kepala negara dan pemerintahan berjalan dari Hotel Savoy, di Jalan Asia Afrika, menuju Gedung Merdeka yang berjarak sekitar 100 meter.

Derap marching band yang membawakan lagu daerah, Manuk Dadali, mengiringi langkah para kepala negara. Mereka melintasi jalan yang menjadi saksi sejarah pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pertama kali pada 1955.

Di belakang kelompok marching band, terdapat pasukan pembawa bendera negara-negara Asia Afrika yang menjadi peserta konferensi ini. Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana berada di barisan terdepan para kepala negara.

Jokowi dan Iriana diapit oleh Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Di barisan depan juga terlihat Wakil Presiden Jusuf Kalla dan istri serta mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Sesampainya di dalam Gedung Merdeka, para kepala negara melakukan foto sesi bersama. Ada 23 kepala negara/pemerintahan dan wakil kepala negara/pemerintahan yang ikut berpartisipasi dalam prosesi puncak hari ini, di antaranya Cina, Malaysia, Kamboja, Korea Utara, Myanmar, Mesir, Madagaskar, dan Zimbabwe.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَيَسْتَفْتُوْنَكَ فِى النِّسَاۤءِۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِيْهِنَّ ۙوَمَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ فِيْ يَتٰمَى النِّسَاۤءِ الّٰتِيْ لَا تُؤْتُوْنَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُوْنَ اَنْ تَنْكِحُوْهُنَّ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْوِلْدَانِۙ وَاَنْ تَقُوْمُوْا لِلْيَتٰمٰى بِالْقِسْطِ ۗوَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِهٖ عَلِيْمًا
Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur'an (juga memfatwakan) tentang para perempuan yatim yang tidak kamu berikan sesuatu (maskawin) yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka dan (tentang) anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) agar mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

(QS. An-Nisa' ayat 127)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement