REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengungkapkan, potensi lahan budi daya perikanan laut yang terdapat di berbagai daerah di Tanah Air baru dimanfaatkan dua persen. Butuh peran maksimal untuk mengoptimalkan pemanfaatan.
"Saat ini potensi lahan marikultur (budi daya perikanan laut) Indonesia yang mencapai 4,58 juta hektare baru dimanfaatkan sekitar 2 persen," kata Slamet Soebjakto, Senin (27/4).
Padahal, menurut dia, terdapat banyak prospek pengembangan usaha budi daya perikanan yang dapat dilakukan mulai wilayah garis pantai hingga ke area lepas pantai Indonesia. Dirjen Perikanan Budidaya KKP juga mengingatkan bahwa pengembangan budidaya perikanan sejalan dengan visi misi Kabinet Kerja untuk mendorong laut menjadi sumber ekonomi bangsa di masa depan dan menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Untuk itu, ujar Slamet, KKP bakal mengembangkan sejumlah komoditas unggulan seperti rumput laut yang ke depannya akan dikembangkan untuk wilayah garis pantai sampai dengan 4 mil. Sedangkan untuk wilayah di atas 4 mil dapat dikembangkan budi daya laut dengan menggunakan Karamba Jaring Apung dengan komoditas yang disesuaikan dengan kondisi setiap wilayah.
Ia memaparkan, contoh budi daya perikanan yang dapat dikembangkan di masing-masing wilayah tersebut antara lain ikan kakap, kerapu, bawal bintang, abalone atau bahkan tuna. "Di samping itu, komoditas marikultur merupakan komoditas ekspor dan banyak diminati oleh pasar luar negeri yang masih sangat terbuka lebar," katanya.
Slamet mengingatkan bahwa sebenarnya sejumlah capaian produksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti rumput laut. Berdasarkan data KKP, produksi rumput laut pada 2010 hanya 3.9 juta ton, maka pada 2014 telah mencapai 10,2 juta ton.
"Demikian juga pada komoditas kakap dan kerapu serta komoditas lain seperti bawal bintang yang sangat berpotensi untuk dikembangkan," jelasnya.