REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir terus meningkatkan kemampuan mereka dalam pengembangan industri antariksa lokal dan pembangunan lembaga antariksa Afrika (AfriSpace).
Lembaga ini pernah diusulkan oleh negara-negara Uni Afrika beberapa tahun lalu yang bertujuan mengentaskan Afrika dari ketertinggalan di dunia penerbangan antariksa.
Dikutip dari akhbar2day.com, Senin (27/4), Dr. Medhat Mokhtar, pejabat di lembaga antariksa Mesir, menjelaskan negaranya akan terus memperkuat kemampuannya dalam teknologi antariksa termasuk dalam memproduksi satelit dengan kemampuan lokal.
Mesir juga bekerja sama dengan Cina untuk membangun pabrik pembuatan satelit untuk menyasar pasar Afrika yang masih terbuka, kerja sama ini memperkuat kerja sama Asia Afrika seperti yang didorong di Bandung baru-baru ini.
Sampai saat ini, hanya delapan negara Afrika yang memiliki lembaga antariksa. Uganda dan Ghana sedang membangun fasilitas mereka.
Presiden Sudan, Omar al-Bashir termasuk yang getol menyuarakan terbentuknya lembaga antariksa Afrika.
".. itu akan membebaskan Afrika dari dominasi teknologi Barat," kata al-Bashir. (Baca: Lembaga Antariksa OKI Adakan Pelatihan)
Saat ini, hanya Afrika Selatan yang mempunyai teknologi yang cukup maju di sektor ini. Negara ini bahkan meningkatkan pengeluaran mereka sampai 127,4 juta euro menurut Profesor Nithaya Chetty, dari Yayasan Riset Afrika Selatan.
Di seluruh Afrika, dia memperkirakan pengeluaran di bidang antariksa mencapai 153,8 juta euro.
Yussif Abdulmumin, dari dewan antariksa Ghana, Ghana’s Space Generation Advisory Council (GSAC), menjelaskan bahwa kerja sama akan menjadi solusi Afrika untuk mencapai lompatan di sektor ini.
"Kerja sama antarika yang efektif mendapat tempat di Afrika, termasuk Ghana," katanya dikutip dari Okayafrica.com.
Saat ini Ghana sedang membangun pusat teknologi antariksa, Ghana Space Science and Technology Centre (GSSTC), untuk mendorong Ghana, menyusul Mesir, Nigeria, Aljazair dan negara-negara tetangganya, berpartisipasi dalam komersialisasi antariksa di Afrika.