Rabu 29 Apr 2015 20:38 WIB

Situasi tak Kondusif, SBY Batal ke Australia

Rep: C36/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dengan Perdana Menteri Tony Abbott ketika keduanya masih menjabat.
Foto: abc news
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu dengan Perdana Menteri Tony Abbott ketika keduanya masih menjabat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membatalkan kunjungannya ke Perth, Australia setelah eksekusi Bali Nine dilakukan. Suhu politik dan situasi keamanan yang tidak kondusif menjadi pertimbangan pembatalan tersebut.

Semula, SBY dijadwalkan menghadiri forum kepemimpinan Asia-Pasifik di University of Western Australia pada Jumat (1/5), sebagai keynote speaker. Namun, setelah hukuman mati terhadap duo Bali Nine dipastikan, SBY membatalkan kehadirannya.

Kurang dari 24 jam sebelum duo Bali Nine dieksekusi, SBY mengkonfirmasi pembatalan kunjungan lewat akun twitter-nya.

"Setelah konsultasi dengan Duta Besar untuk Australia dan pejabat penting di Jakarta, saya memutuskan untuk membatalkan kunjungan saya, 'tulisnya di akun twitternya @SBYudhoyono, Rabu (29/4) dikutip dari Daily Mail.

Seperti diketahui, SBY masih berkuasa ketika duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran tertangkap pada 2005 lalu. SBY pernah menyatakan, selama 10 tahun kekuasaannya ia berusaha meningkatkan hubungan kerjasama dengan Australia. 

Pada 2012, SBY dikritik karena memberikan grasi kepada bandar narkoba Australia lainnya, Schapelle Corby. Tindakan SBY tersebut dinilai lemah oleh sejumlah kalangan. Sebelumnya, duo Bali Nine sempat memohon grasi kepada SBY. Namun, permintaan itu tidak mendapat respon.

Perdana Menteri Australia, Tony Abbot, menyesalkan eksekusi mati terhadap kedua warganya. Usai duo Bali Nine dieksekusi, Australia mengumumkan penarikan duta besarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement