REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman merencanakan penyelenggaraan Sleman Fashion Festival (SFF) pada 22 sampai 23 Agustus nanti. Acara ini digelar untuk mempromosikan industri tekstil lokal, terutama untuk batik dan kain tenun.
"Harapannya acara ini bisa jadi daya tarik pariwisata Sleman. Juga sebagai ajang mempromosikan potensi daerah, terutama produk industri tekstil lokal," tutur Sekretaris Disbudpar Sleman, Endah Sri Widiastuti, Jumat (1/4). Selain itu, acara ini diharapkan bisa meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pengrajin batik dan lurik.
Pada tahun 2014, Sleman meluncurkan delapan motif batik, yaitu Sinom Parijoto Salak, Salak, Parijoto, Gajah kombinasi Parang Rusak Barong, Salakan, Salak Pondoh, Belut dan Salak, serta Semarak Salak. Ada pula pengrajin pembuat kain tenun di Moyudan.
Potensi fashion yang besar ini pun didukung dengan keberadaan institusi pendidikan yang mendukung. Menurut Endah, ada beberapa SMK dan Perguruan Tinggi yang akan ikut berkontribusi dalam SFF. "Mereka adalah sekolah dan kampus yang memiliki jurusan tata busana," katanya.
Endah memuturkan, acara busana ini merupakan kerja sama antara Disbudpar, APPMI Dekranas Sleman, dan Disperindakop Sleman. Tema yang akan diangkat adalah Pewarna Alami untuk Sleman Go Green. "Ya karena kami ingin mendukung program yang pro lingkungan," ujarnya menjelaskan. SFF sendiri akan hadir sebagai rangkaian agenda Jogja Fashion Week. Hingga saat ini Disbudpar belum bisa menentukan fixasi tempat penyelenggaraan. Sebab menurut Endah, persiapan teknis masih didiskusikan.
Ia kemudian mengemukakan, SFF akan diperkaya dengan seminar pewarna alami yang biasa digunakan untuk batik dan lurik. Selain itu akan ada juga eksibisi dan peragaan busana dari sektor pendidikan. Hal ini mempertimbangkan pesatnya peningkatan kreativitas industri kaum muda.