REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, menjelaskan anak - anak Indonesia membutuhkan keterampilan. Hal itu akan dijadikan modal untuk menjalani kehidupan masa depan mereka.
Ajarkan anak -anak bagaimana memasak, menyulam, merenda, beternak, bertani, bersastra, teater, dan olah raga. Kreativitas bangsa lahir dari itu semua. "Di hari pendidikan nasional ini, kita harus bisa lebih baik," imbuh pria yang kerap disapa Kang Dedi, dalam keterangan tertulisnya menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Sabtu (2/5).
Kang Dedi menilai keterampilan yang diajarkan melalui pendidikan tak akan bisa berjalan maksimal jika kurikulum diganti terus - menerus. Penggantian ini dinilainya sebagai pendidikan berbasis pesanan, bukan karakter. Hasilnya adalah generasi bangsa yang tak utuh untuk membangun negeri.
Output pendidikan bukan sebatas coretan nilai hasil ujian atau hasil ulangan di kelas. Yang paling utama adalah watak dan sumber daya manusia berkompeten.
Ke depannya, proses pendidikan harus terbebas dari jajanan yang tak sehat. Belajar tak harus berkonvoi dengan kendaraan bermotor. Tak perlu pula dengan bimbel dan ujian akhir nasional (UAN). "Pendidikan karakter bukan berpatokan pada itu," imbuhnya.
Hal ini dilakukan dengan membentuk mental kepribadian yang bermoral berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendidikan semacam ini tak sekadar berbasis pada ilmu pengetahuan umum, tapi juga tradisi lokal. Peserta didik harus bisa membaur dan merangkul masyarakat luas. Kemudian mengarahkan mereka untuk pembangunan.