Senin 04 May 2015 14:16 WIB

PLTU Celukan Bawang Beroperasi Akhir Mei

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Satya Festiani
Petugas PLTU memeriksa kondisi pembangkit listrik.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petugas PLTU memeriksa kondisi pembangkit listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali akan mulai dioperasikan 29 Mei mendatang. Ini akan menjadi jawaban dari krisis daya listrik di Pulau Dewata yang hampir mencapai puncaknya.

Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta mengatakan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah menyampaikan hal tersebut padanya. Pembangkit berkapasitas 380 Mega Watt (MW) ini nantinya akan mencukupi ketersediaan listrik untuk masyarakat Bali.

"Kami juga berharap PLN menaruh perhatian lebih, khususnya suplai listrik masyarakat Bali yang berada di pedalaman," kata Sudikerta di Denpasar, Senin (4/5).

Kapasitas listrik di Bali mencapai 850 MW, diperoleh dari sambungan kabel bawah laut (340 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk (130 MW), PLTG Pemaron (80 MW), dan sisanya dari PLTG Pesanggaran (300 MW). General Manager PLN Distribusi Bali, Syamsul Huda mengatakan dari total kapasitas tersebut, listrik yang dikonsumsi di Bali sebesar 781 MW, sedangkan sisanya (69 MW) sebagai cadangan.

"Akan tetapi, cadangan sebesar itu tidak ideal untuk menyuplai kebutuhan listrik masyarakat, sehingga dibutuhkan pembangkit baru," katanya.

Jika PLTU Celukan Bawang telah beroperasi normal, Bali akan memiliki cadangan listrik sebesar 1.250 MW. Dengan daya besar tersebut, Bali praktis akan mencatat surplus listrik, karena beban puncak saat ini sekitar 781 MW. PLN Distribusi Bali juga bisa kembali menerima layanan pemasangan sambungan baru.

Pembangkit ini sedianya beroperasi awal 2015, namun terkendala pemasangan dari masyarakat diempat desa di Kecamatan Gerokgak, yaitu Desa Tinga Tinga, Pengulon, Tukad Sumage, dan Celukan Bawang. Masyarakat memprotes suara mesin pembangkit yang menimbulkan kebisingan, bahkan getarannya dapat dirasakan hingga radius 40 meter. Sebanyak 11 kepala keluarga di sana juga menolak pembangunan dua tower yang akan mengalirkan daya ke gardu induk.

Hingga saat ini, PLN Bali terus berusaha mengatasi kendala tersebut, khususnya meminta bantuan langsung kepada pemerintahan provinsi dan kabupaten. Pihak pemerintah dan legislator sempat beberapa kali memfasilitasi masyarakat dan pengelola. Mereka memastikan gangguan lingkungan, seperti getaran mesin, suara bising, dan kepulan asap dari PLTU Celukan Bawang akan dicarikan jalan keluar sehingga tak menghambat uji coba operasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement