Senin 04 May 2015 15:44 WIB

Harga Minyak Dunia di Perdagangan Asia Turun

Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia (ilustrasi).
Foto: Reuters
Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak global turun di perdagangan Asia, Senin (4/5), karena data manufaktur lesu dari Tiongkok menimbulkan kekhawatiran tentang melemahnya permintaan dari konsumen energi utama dunia itu, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun dua sen menjadi 59,13 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk Juni berkurang tujuh sen menjadi 66,39 dolar AS dalam perdagangan sore.

Pasar keuangan di Jepang, Thailand dan Malaysia ditutup untuk hari libur publik. Para analis mengatakan harga minyak melemah dalam bereaksi terhadap data dari raksasa perbankan global HSBC yang menunjukkan aktivitas manufaktur Tiongkok merosot ke tingkat terendah 12-bulan pada April.

HSBC pada Senin mengatakan indeks pembelian manajer (PMI)-nya untuk sektor manufaktur turun menjadi 48,9 pada April, melemah dari 49,6 pada Maret, dan terlemah sejak indeks di 48,1 pada bulan yang sama tahun lalu.

Indeks, disusun oleh penyedia layanan informasi Markit, melacak aktivitas pabrik-pabrik dan bengkel kerja di Cina serta dianggap sebagai barometer kesehatan raksasa ekonomi Asia. Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, sementara berapa pun di bawah angka 50 merupakan sinyal kontraksi.

"Angka PMI suram hari ini menunjukkan bahwa momentum ekonomi yang mendasari telah terus melemah," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom Tiongkok di lembaga riset Capital Economics.

Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan konsultan bisnis EY mengatakan harga minyak mempertahankan beberapa dukungan karena "kekhawatiran geopolitik atas krisis di Yaman".

Koalisi dipimpin Saudi yang sedang memerangi pemberontak di Yaman mengirim kekuatan "terbatas" ke kota Aden pada Ahad, menurut sumber-sumber Yaman.

Langkah ini akan menjadi penempatan pasukan darat pertama koalisi di negara yang diperangi tersebut. Yaman telah dicengkeram gejolak sejak pemberontak Syiah meluncurkan pengambilalihan kekuasaan di ibukota Sanaa pada Februari.

Yaman bukan negara penghasil minyak utama, namun pantainya membentuk satu sisi Selat Bab el-Mandeb, titik masuk strategis penting ke Laut Merah, yang dilalui sekitar 4,7 juta barel minyak setiap harinya di kapal-kapal yang menuju atau dari Terusan Suez.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement