REPUBLIKA.CO.ID, KHATMANDU -- Sepuluh hari setelah gempa kuat dan tanah longsor akibat gempa itu, banyak jalan yang terhalang akhirnya bisa dibersihkan di Persimpangan Barhabise-Tatopani di Kabupaten Sindhupalchowk di Nepal.
Polisi Bersenjata Cina memulai operasi pembersihan jalan dari wilayah perbatasannya pekan ini dan menolak sejumlah warga lokal. Bersamaan dengan operasi pembersihan, puluhan mayat telah ditemukan dari persimpangan jalan dari Desa Chaku ke Kodari, kabupaten terakhir yang berbatasan dengan Cina.
Kumar Shreshta, Sekretaris Senior Wilayah Sindhupalchowk di Kamar Dagang dan Industri Nepal-Cina (NCCCI), mengatakan kepada Xinhua, "Kami mengkremasi sembilan mayat di Wilayah Chaku setakat ini. Kami yakin masih ada mayat yang akan ditemukan sebab banyak orang masih hilang di daerah ini."
Masih belum ada data resmi mengenai berapa orang yang hilang akibat tanah longsor sementara banyak jalan benar-benar tertutup, kata Xinhua, Selasa pagi. Setiap menit, ada kekhawatiran mengenai tanah longsor lain sebab rangkaian gunung membentang di kedua sisi Jalan Raya Araniko.
Akibat resiko besar, tak ada kendaraan yang telah memasuki daerah tersebut sejak hari tanah longsor terjadi pada hari kedua setelah gempa dengan kekuatan 7,9 pada Skala Richter mengguncang Nepal pada 25 April. Di jalan menuju Tatopani dengan menggunakan kendaraan lalu dilanjutkan dengan jalan kaki, setengah lusin mayat dapat terlihat tergeletak di jalan.
Kondisi serupa terjadi. Warga lokal Kodari, desa perbatasan dengan Cina, mengatakan mereka sudah menemukan dan mengkremasi sebanyak 10 mayat.
"Kami menemukan banyak penyintas dari tanah longsor tapi tak bisa menyelamatkan mereka akibat kekurangan tim pertolongan profesional dan bantuan medis," kata Durga Shrestha (50) dari Gaati kepada Xinhua.
Tak ada tim pertolongan yang sampai ke daerah itu selama satu pekan kendati kondisi di sana sudah diketahui. Warga setempat telah dicengkeram ketakutan oleh gempa susulan dan tanah longsor.
Sebagian warga lokal telah menyampaikan kemarahan mereka terhadap negara sebab keluarga dan warga desa yang kehilangan tempat tinggal tak menerima bantuan apa pun.
"Kami tak bisa mengatakan secara pasti berapa orang telah tewas atau hilang. Banyak orang telah pergi ke tempat aman melalui gunung, guna menghindari jalan utama," kata Inspektur Pasukan Polisi Bersenjata Tam Jung Basnet kepada Xinhua.
Pada Sabtu (2/5), sebanyak delapan pemuda lokal kembali ke Barhabisa dari Tatopani melewati gunung terjal yang sulit dilewati. Mereka mengatakan mereka nyaris kehilangan nyawa dalam perjalanan kembali tanpa membawa makanan dan air.
Kebanyakan orang dipusatkan di Tatopani dan Khaasa di sepanjang perbatasan Cina yang dibuat dengan tujuan perdagangan.
Inspektur Basnet menambahkan, "Sebanyak 30 kendaraan terkubur di bawah tanah longsor di Desa Liping, Tatopani, dan lebih dari 20 mayat telah dikeluarkan dari timbunan tanah. Lebih dari 5.000 orang telah kehilangan tempat tinggal di satu daerah sekitar 26 kilometer dari Barhabisa ke Kodari.
Orang yang kehilangan rumah dari Daerah Kodari itu telah terdampar di Desa Narayanthan dan memerlukan bantuan darurat. Menurut petugas militer lokal, kekurangan helikopter adalah penyebab utama terjadinya penundaan dalam upaya pertolongan di wilayah bergunung semacam itu.