REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Sedikitnya 33 duta wisata Kabupaten Aceh Barat menjalani tes baca Alquran sebagai salah satu persyaratan mewakili Aceh pada duta wisata tingkat nasional 2015.
Kepala Dinas Kebudayaan Periwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Aceh Barat T Novrizal di Meulabo mengatakan, peran duta wisata diharapkan mampu mempromosikan kawasan wisata Aceh yang berlandaskan syariat Islam.
"Salah satu pesyaratan menjadi duta wisata Aceh itu wajib bisa baca Alquran sehingga ketika berkesempatan mewakili Aceh ditingkat nasional diharapkan mampu mempromosikan wisata Islami Aceh untuk dalam dan luar negeri," katanya, Senin (11/5).
Di sela-sela acara seleksi pemilihan 33 peserta duta wisata Aceh Barat mewakili ke tingkat Provinsi Aceh yang direncanakan pada Agustus 2015, kewajiban mampu membaca quran bagi peserta sebagai ciri khas masyarakat provinsi ujung barat Indonesia itu yang sedang melaksanakan syariat Islam secara sempurna (kaffah).
Kabupaten Aceh Barat memiliki belasan objek wisata, baik wisata bahri, wisata kuliner, wisata buatan maupun wisata relegi serta situs sejarah, semua potensi wisata itu dikembangkan sejalan dengan peraturan daerah (qanun) tentang pelaksanaan syariat Islam.
Selain itu sebut Novrizal, setiap peserta yang akan terpilih pada malam penobatan duta wisata Aceh Barat juga diwajibkan faseh berbahasa nasional dan Internasional, sehingga perpaduan wawasan, pengetahuan agama, budaya dan pengetahuan umum melekat pada setiap generasi Aceh.
"Untuk persyaratan itu ada yang khusus, seperti usia, tinggi badan dan yang utama sekali adalah wawasan, agama dan bahasa nasional. Sasaran ingin dicapai mereka nantinya dapat diandalkan untuk memperkenalkan objek wisata keluar baik yang sudah ada maupun yang belum tergarap," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan, pemerintah daerah terus berbenah mempersiapkan kawasan objek wisata yang sudah ada maupun yang belum tergarap, karena dengan pengembangan pariwisata diyakini mampu mendongkrak pertumbuhan ekomoi rakyat.
Sasaran yang dituju bukan hanya wisatawan lokal tapi juga manca negara, dengan gaungnya Aceh yang khas dengan penerapan Syariat Islam menjadi isu yang strategis menarik minat wisatawan berkunjung melihat keunikan daerah dijuluki "Serambi Meukah" itu.
Sebut T Novrizal, sejumlah kawasan objek wisata yang dimiliki masih banyak belum tertata secara maksimal dan akan terus dibenahi, akan tetapi juga diharapkan peran investor ikut mengembangkan potensi wisata dikawasan tersebut.
"Untuk membina objek wisata yang luas kita harapkan adanya investor turut serta mengembangkan, seperti daerah lain berkembangnya bukan karena pemerintah saja tapi peran pihak investor yang mau menginvestasikan dananya di daerah itu," katanya menambahkan.