REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Siang itu, angin menyapu jalanan setapak di depan gedung Aula Al Maidah, Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfiz Daarul Qur'an, Ketapang, Tangerang, Banten. Lantunan ayat suci Alquran terdengar begitu syahdu.
Adalah para peserta Musabaqah Almahir Bi Fahmil Qur'an yang silih berganti melantunkan ayat-ayat Allah itu. Musabaqah pemahaman Alquran ini diikuti 60 peserta dari 20 pesantren di seluruh Indonesia.
Di ruang lomba, tampak juri memberikan soal-soal kepada dua tim di atas panggung dengan menggunakan bahasa Arab.
Dalam musabaqah ini, para peserta tidak hanya diuji kemampuannya dalam menghafal Alquran, juga memaknai ayat per ayat dengan menggunakan bahasa Arab.
Ini sesuatu yang tidak mudah. Hal ini pun diakui pimpinan Ponpes Tahfiz Daarul Quran, Ustaz Yusuf Mansur. “Saya akui ini lomba cukup sulit, memahami tajwid, nahu sarafnya, sampai kelancaran bahasa Arab, untuk sekelas saya saja pasti sudah tidak lolos di tahap semifinal, apalagi final,” katanya sembari tersenyum.
Ia berharap, musabaqah ini semakin diminati sehingga jumlah peserta pada penyelenggaraan tahun depan akan bertambah. “Tahun depan harus lebih, kalau bisa di atas 100 pesantren yang ikut,” ujarnya kepada Republika, pekan lalu.
Lomba ini menghadirkan para juri yang sangat kompeten, salah satunya Syekh Ghiyats, perwakilan dari Organisasi Tahfiz Internasional. “Juri memberikan pertanyaan dengan bahasa Arab dan peserta memberikan jawaban juga dengan bahasa Arab.”
Namun, untuk penyelenggaraan tahun depan, Ustaz Yusuf Mansur berharap, digelar pula musabaqah serupa dengan mengggunakan bahasa Indonesia. “Biar nggak melulu bahasa Arab,” jelasnya.
Syeikh Ghiyats yang hadir mewakili Organisasi Tahfiz Internasional sangat mengapresiasi ajang ini. “Digelarnya lomba ini dapat mendorong dan memotivasi umat Islam di Indonesia bukan sekadar menghafal, namun bisa mengamalkan isi Alquran.”